Kendari (ANTARA) - Eksistensi lagu daerah yang syarat dengan berbagai makna kehidupan manusia, baik di dunia maupun kelak di akhirat, perlu dijaga sebagai kekayaan budaya daerah, kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tenggara Asrun Lio.
"Lagu daerah merupakan salah satu budaya kita yang menjadi ciri khas bangsa/daerah, maka dari itu harus dijaga dan dilestarikan supaya anak-anak kita kelak tidak kehilangan jati diri sebagai pewaris dan penerus yang ada di negeri nusantara Indonesia," ujar dia di Kendari, Selasa, saat membuka lomba lagu daerah yang dirangkaikan dengan lomba melukis bagi pelajar di Kota Kendari.
Dinas Dikbud Sultra melalui UPTD Museum dan Taman Budaya menggelar lomba lagu-lagu daerah sebagai upaya pelestarian budaya agar tetap bisa dikenang dan tidak dilupakan oleh generasi penerus bangsa.
Ia mengatakan lomba lagu daerah Sulawesi Tenggara yang tahun ini diikuti internal Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sultra, merupakan program tahunan yang sudah terencana sehingga di tahun mendatang bisa lebih ditingkatkan, baik jumlah peserta maupun kuantitas kegiatan.
"Karena masih dalam suasana pandemi COVID-19, sehingga lomba lagu ini tidak melibatkan dari masyarakat luar," ujar dia.
Ia menambahkan setiap peserta hanya wajib membawa satu lagu daerah dengan tetap mematuhi protokol kesehatan guna mencegah penyebaran virus corona jenis baru itu.
Ketua panitia lomba lagu UPTD Museum dan Taman Budaya Sultra Siti Samsiar Azis mengatakan lomba lagu daerah tahun 2020 diikuti sekitar 30 peserta yang terdiri atas para pejabat eselon tiga dan empat dan beberapa pejabat kepala cabang Dinas Dikbud kabupaten dan kota di Sultra.
Dasar dan tujuan diadakan lomba lagu daerah Sultra, untuk melestarikan budaya daerah dan sekaligus memberi kesempatan kepada peserta dalam menyalurkan minat bakat untuk lebih kreatif dan berinovasi dalam menyanyikan lagu daerah.
Judul lagu daerah yang diwajibkan dinyanyikan peserta lomba, di antaranya Sope-Sope, Lamarambi, Tana Wolio, Otampo, Kolaku Mondae, Kasamea, Wulele Sanggula, Ana Ana Maelu dan Pintu Ndau. Semua lagu yang dibawakan itu merupakan perwakilan dari enam etnis suku di Sultra, yakni Tolaki, Muna, Buton, Moronene, Mekongga, dan Wakatobi).
Dalam rangkaian lomba lagu daerah yang berlangsung sehari, dewan juri memutuskan sebagai peserta juara hingga favorit. Untuk peserta putra, juara pertama Suprayito, juara dua Johanes B. Hengkenkona, dan juara tiga La Ode Fasikin. Juara favorit pertama Dody Syarulsyah dan juara favorit kedua Taslim.
Peserta putri, juara pertama diraih Ila Nasrah, juara dua Sultamara Tamburaka, dan juara tiga Nurahmi. Juara favorit pertama kelompok putri diraih Angraeni Balaka dan favorit kedua Elis.