Jakarta (ANTARA) - Minggu 11 Oktober 2020 sungguh hari yang istimewa karena dalam sehari ini tiga pencapaian fenomenal dalam dunia olahraga tercipta yang sekaligus bisa menjadi awal untuk terbukanya lembaran-lembaran baru rekor-rekor yang bisa tercipta di kemudian hari.
Pencapaian fenomenal pertama tercipta dari Formula Satu ketika Lewis Hamilton menyamai rekor 91 kemenangan yang dicatat legenda olahraga ini, Michael Schumacher, setelah sukses menaklukkan Sirkuit Nurburgring di Jerman dalam Grand Prix Eifel.
Beberapa jam kemudian peristiwa fenomenal kedua pecah di Roland Garros, Prancis, ketika Rafael Nadal membuat petenis-petenis saat ini dan masa depan hampir mustahil bisa menyamai apalagi melewati rekor 13 kali juara French Open yang dicatatnya.
Itu juga berarti petenis Spanyol ini menyamai koleksi 20 gelar Grand Slam yang merupakan gelar terbanyak sepanjang masa untuk putra yang sebelum ini kokoh digenggam Roger Federer.
Menyeberangi Atlantik, masih dalam tanggal yang sama, Los Angeles Lakers menuliskan rekor lain yang selain menuntaskan dahaga gelar 10 tahun, tetapi juga menyamai pencapaian Boston Celtics sebagai tim yang paling sering menjuarai NBA dengan 17 kali juara.
Tonggak ini dicapai setelah mereka menaklukkan Miami Heat 106-93 dalam gim keenam Final NBA tahun ini yang sekaligus mengakhiri rangkaian final berformat best of seven itu dengan 4-2 untuk menjadi juara baru NBA.
Semua peristiwa itu terjadi pada hari yang sama di tengah atmosfer kompetisi yang sama-sama dikurung virus corona dalam tiga cabang olahraga yang popularitas globalnya hanya kalah oleh sepak bola.
Hamilton masih memburu ambisi menyamai tujuh kali juara dunia Formula Satu yang juga dipegang Michael Schumacher.
Seandainya terjadi Hamilton yang sudah berusia 35 tahun sembilan bulan itu bakal menjadi pebalap Formula 1 tertua yang menjadi juara dunia.
Schumacher mematrikan gelar juara dunia ketujuh kalinya pada 29 Agustus 2004 di Grand Prix Belgia ketika sang legenda dari Jerman itu berusia 35 tahun tujuh bulan. Schumacher dan Hamilton sama-sama dilahirkan bulan Januari.
Namun tidak seperti Schumacher setelah 2004 ketika eranya memudar, Hamilton tak menunjukkan tanda-tanda meredup, sebaliknya dia bisa terus mempertahankan dominasinya di Formula Satu sampai beberapa tahun ke depan.
Hamilton sudah mengisyaratkan dia bisa menyamai rekor Schumacher, dan bahkan melampauinya, antara lain karena keberhasilannya melewati pencapaian Schumacher dalam hal jumlah pole position, finis menghasilkan poin, dan finis podium.
Hamilton juga tengah bersama tim yang performanya stabil dalam enam tahun terakhir dan di ambang melampaui pencapaian Ferrari dan Honda enam musim berturut-turut juara konstruktor. Ferrari melakukannya dari 1999 sampai 2004.
Indikasi Mercedes itu kian kuat saja setelah sejak 2014 sampai sekarang tidak ada tim yang bisa menandingi performa Mercedes.
Belum selesai
Memang nyaris mustahil menyamai prestasi 16 kali juara konstruktur dan mesin yang dimiliki Ferrari. Itu hampir tiga kali lipat pencapaian Mercedes yang baru berlomba dalam kompetisi kostruktor pada 2010 ketika Ferrari sudah melakukannya sejak 1958.
Jika dia dan Mercedes-nya konsisten sampai tahun depan, dan musim ini dia juara, maka Hamilton berada dalam pacuan memecahkan rekor tujuh kali juara dunia Schumacher. Dan ini bisa membuka berpuncak pada predikat pebalap Formula 1 terbaik sepanjang masa.
Tetapi itu dengan syarat dia terus bersama Mercedes atau bersama tim lain yang bisa melampaui Mercedes.
Hamilton sendiri akan berpikir dua kali meninggalkan Mercedes sebelum ambisi menyamai dan mungkin memecahkan rekor Schumacher diwujudkan.
Ini bukan saja karena Mercedes menjadi tim paling konsisten dalam enam tahun terakhir, namun juga karena keputusannya bergabung dengan Mercedes dari McLaren pada 2012 telah melontarkan dia ke posisinya saat ini. 70 dari 91 kemenangannya di balapan Formula 1 dia patrikan bersama Mercedes. Tetapi ternyata itu belum cukup bagi Hamilton.
"Saya belum selesai. Saya masih merasa mampu meningkat," kata dia seperti dikutip BBC.
Sedangkan bos tim Mercedes Toto Wolff menyebut Hamilton memang tak mau berhenti memburu kesempurnaan dan lebih memikirkan hari esok ketimbang menoleh ke belakang.
"Lewis Hamilton yang kita saksikan hari ini bukan Lewis Hamilton yang saya temui pada 2013," kata Wolff yang teramat yakin Hamilton bakal makin hebat dari hari ke hari.
Di lapangan tenis, Nadal juga bersiap menjadi petenis terbesar sepanjang masa karena di ambang memecahkan rekor petenis paling sering menjuarai Grand Slam sekalipun dia lebih banyak melakukannya di French Open ketimbang pada tiga turnamen Grand Slam lainnya.
Faktanya Nadal memang kampiun turnamen Grand Slam tanah liat sampai-sampai Djokovic yang tak kalah perkasanya dari dia pun dibuat tak berkutik untuk kemudian mengakui supremasinya.
"Dia fenomenal. Dia menampilkan permainan yang sempurna," kata Djokovic seperti dikutip Reuters setelah dikalahkan 0-6, 2-6, 5-7 oleh Nadal dalam final French Open itu.
Tapi tentu saja Djokovic dan juga Federer tak akan membiarkan Nadal melakukan hal itu, apalagi kedua petenis ini mengungguli catatan Nadal di Australian Open dan Wimbledon, sedangkan di US Open mereka bertiga relatif susul menyusul.
Khususnya Djokovic yang paling muda di antara tiga jawara tenis putra dunia itu dan berselisih tiga gelar Grand Slam di belakang Nadal-Federer, petenis Serbia ini adalah atlet tenis paling lama menduduki peringkat satu dunia dan juga paling banyak menjuarai ATP Masters.
Federer sendiri menjadi petenis yang paling lama menduduki peringkat satu dunia dan di bawah Jimmy Connors sebagai petenis paling sering menjuarai turnamen-turnamen ATP. Meski begitu, pertarungan lebih sengit lebih mungkin terjadi antara Nadal dan Djokovic.
Jangan lupakan pula petenis-petenis muda seperti Dominic Thiem, Daniil Medvedev, Stefanos Tsitsipas dan Alexander Zverev yang menunggu era Tiga Besar pudar sekalipun masih sulit terjadi, paling tidak untuk satu sampai dua tahun ke depan. Mungkin hanya Federer yang beberapa bulan lagi akan memasuki usia 40 tahun yang bakal kesulitan tampil dalam kondisi terbaiknya.
Usia senja
Sementara itu di NBA, LeBron James yang sudah terlalu banyak diganjar penghargaan berkat penampilan cemerlangnya di lapangan basket, menjadi pemain pertama dalam sejarah NBA yang merebut predikat MVP Final NBA bersama tiga tim berbeda. Dua kali bersama Miami Heat, sekali bersama Cleveland Cavaliers, dan kini bersama Lakers.
Prestasi James itu menyamai Magic Johnson, Tim Duncan dan Shaquille O'Neal. Dia tinggal dua lagi untuk menyamai sang legenda Michael Jordan yang enam kali meraih MPV Final NBA.
Dalam kata lain, paling tidak butuh tiga musim lagi bagi dia untuk melewati Michael Jordan guna menyandang pebasket terbesar sepanjang masa dan itu pun timnya nanti bisa juara NBA.
Saat ini Jordan sudah enam kali mengenakan cincin juara NBA, sedangkan James baru empat. Dalam beberapa hal, James masih tertinggal dari Jordan namun perdebatan mengenai siapa yang terbesar di NBA selalu menyangkut kedua orang ini.
James juga menjadi pemain paling tua kedua dalam sejarah NBA yang meraih MVP Final setelah Kareem Abdul Jabar pada 1985, juga bersama Lakers.
Bersama Wilt Chamberlain pada 1972 dengan Lakers dan Michael Jordan di Chicago Bulls pada 1998, James dan Abdul Jabar adalah empat pemain NBA yang meraih MVP saat usia sudah di atas 35 tahun.
Usia 35 tahun memang jarang menjadi usia produktif dalam dunia olahraga, termasuk NBA. Tetapi di NBA bahkan banyak pemain yang terus cemerlang sampai usia 40-an. Karl Malone dan John Stockton bersama Utah Jazz, serta Kareem Abdul Jabar sendiri bahkan bermain sampai di atas usia 40 tahun dan mereka tetap cemerlang di lapangan.
Untuk itu meski kini menjadi pemain tertua dalam skuat Lakers, James masih bisa mengkilap untuk tiga sampai empat tahun ke depan.
"Dia pemain terhebat yang dimiliki jagat bola basket. Dia luar biasa hebat dalam memimpin kami sepanjang musim ini," kata pelatih LA Lakers Frank Vogel seperti dikutip ESPN.
Timnya, Los Angeles Lakers, yang barus saja dinobatkan sebagai juara baru NBA, juga berkesempatan menjadi klub paling sukses di NBA.
Sudah tampil dalam Final NBA sebanyak 32 kali yang 17 di antaranya dijuarainya, Lakers menatap tahun-tahun mendatang dengan cerah, apalagi superstar LeBron James masih akan terus bersama mereka, selain Danny Green atau Rajon Rondo masih siap melayani mereka, dan tentu saja bintang-bintang mudanya yang bakal terus bersinar, khususnya Anthony Davis dan Kentavious Caldwell-Pope.
Di atas itu semua, ada satu pesan menarik di balik pencapaian fenomenal Lewis Hamilton, Rafael Nadal dan LeBron James ini, yakni usia senja bukan halangan mencapai prestasi tertinggi.
Lebih menarik lagi, mereka justru tengah menyiangi belantara baru demi membuka lembaran-lembaran baru buku rekor dalam dunia sport yang bukan mustahil berpuncak pada melekatnya predikat terbesar sepanjang masa pada nama mereka.