Jakarta (ANTARA) - Informasi yang keliru mengenai virus corona hanya akan menambah beban pikiran masyarakat di tengah pandemi, kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto.
Dalam pernyataan pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Jumat, Yurianto menyebut risiko kesehatan dan dampak wabah penyakit ini terhadap kehidupan sosial ekonomi sudah cukup berat.
“Oleh karena itu, mari pastikan kita tidak perlu lagi menambah beban psikologis kita dengan berita-berita dan informasi yang tidak benar, tidak bisa dipertanggungjawabkan terkait COVID-19,” katanya.
Lebih lanjut, Yuri menjelaskan bahwa otoritas terkait, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informasi, terus mendeteksi berita-berita keliru soal COVID-19 yang beredar di dunia maya.
“Sudah ribuan sebaran hoaks yang muncul di jejaring internet kita,” ujar Yurianto.
Kepolisian, sebagai pihak penegak hukum, tengah menangani persoalan ini dan akan melakukan penindakan terkait penyebaran berita yang dianggap hanya menimbulkan kepanikan dan ketakutan di masyarakat.
Yurianto mengimbau masyarakat untuk mencari dan mempercayai berita yang ditulis secara bertanggung jawab, serta dari sumber-sumber resmi, yakni pemerintah dan para pakar.
Pemerintah menyediakan saluran informasi resmi di situs covid19.go.id, hotline telepon 119, akun WhatsApp COVID-19, atau layanan telepon Kementerian Kesehatan di nomor 1500-567.
Dia juga menyarankan masyarakat mengakses informasi melalui layanan aplikasi daring, khususnya telemedicine atau aplikasi berbasis teknologi telepon pintar yang menyediakan layanan konsultasi kesehatan tanpa tatap muka.
Per tanggal 17 April, Indonesia melaporkan akumulasi 5.923 kasus terkonfirmasi positif COVID-19, 607 pasien diantaranya berhasil disembuhkan sementara 520 pasien lainnya meninggal dunia.
Adapun pertambahan selama catatan waktu 24 jam, masing-masing 407 kasus positif baru, 59 kasus kesembuhan, dan 24 kasus kematian.