Baubau (ANTARA) - Badan Pusat Statistik Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, mencatat pada Februari 2020 mengalami inflasi sebesar 0,11 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 102,20.
"Kalau kita melihat tahun kalender dari Maret 2019 sampai dengan Februari 2020 kita baru inflasi sebesar 0,25 persen," ujar Kepala BPS Kota Baubau, Sudirman K, usai rilis perkembangan Indeks Harga Konsumen/inflasi Februari 2020, di Baubau, Senin.
Ia mengatakan, inflasi yang terjadi di Kota Baubau disebebkan oleh naiknya indek harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau 0,15 persen, kelompok pakaian dan alas kaki 0,08 persen, kelompok transportasi 0,36 persen, kelompok pendidikan 0,24 persen, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,10 persen.
Hanya satu kelompok yang mengalami penurunan yakni, kelompok perlengkapan peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar -0,05 persen. Sedangkan kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga, kelompok kesehatan, kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan, kelompok rekreasi, olahraga dan budaya, serta kelompok penyedia makanan dan minuman/restoran tidak mengalami perubahan/relatif stabil.
Secara nasional, kata dia, dari 90 kota termasuk ibu kota di 34 provinsi yang menghitung inflasi terdapat 17 kota mengalami deflasi. Dan di pulau Sulawesi yakni Kota Kendari (Sultra) dan Manado (Sulut).
"Kalau inflasi terdalam itu terjadi di Tanjung Pandan (Kepulauan Bangka Belitung) sebesar 1,20 persen dan deflasi terendah di Padang Sidempuan (Sumut) sebesar 0,01 persen," ujarnya.
Sedangkan, kata dia lagi, untuk inflasi tertinggi terjadi di Kota Sintang (Kalbar) sebesar 1,21 persen dan inflasi terendah di Kota Pare-pare 0,2 persen.
Di Kota Baubau, kata Sudirman, komoditas menyumbang inflasi antara lain, sayur kangkung sebesar 0,1587 persen, bawang putih 0,0779 persen, tomat sebesar 0,0713 persen, dan ikan layang/benggol sebesar 0,0662 persen.
Kemudian, bawang merah 0,0640 persen, angkutan udara 0,0536 persen, minyak goreng 0,0536 persen, ikan tuna 0,0259 persen, ikan selar/tude sebesar 0,0177 persen, dan daun kelor yang sudah menjadi komoditas yang strategis pada Februari menyumbang inflasi sebesar 0,1037 persen.
Sedangkan 10 komoditas penyumbang deflasi, tambah dia, yakni cabai rawit sebesar 0,1800 persen,ikan katamba 0,0684 persen, ikan bubara 0,0588 persen, bayam 0,0561 persen, ikan cakalang 0,0551 persen, ayam hidup 0,0340 persen, kembung/banyar/gembolo/asoaso sebesar 0,0325 persen, cumi-cumi 0,0323 persen, kacang panjang 0,0305 persen, dan daging ayam ras sebesar 0,0278 persen.
Ia mengatakan, secara umum kondisi daya beli masyarakat saat ini normal, namun produksi masyarakat yang cukup melimpah sehingga terjadi banyak komoditas.