Jakarta (ANTARA) - Musibah banjir membuat siswa sekolah kehilangan seragam dan peralatan sekolah sehingga sejumlah siswa tetap berangkat ke sekolah di hari pertama, Senin, menggunakan pakaian ala kadarnya seperti ada yang menggunakan pakaian tidur dan sandal jepit.
Kondisi ini terjadi di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bintaro 05 Pagi yang terletak di komplek IKPN Bintaro, Jakarta Selatan.
"Karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, ini masih dalam suasana musibah banjir para siswa hadir seadanya mereka datang membawa diri, tidak bawa tas dan peralatan sekolah, juga tidak pakai seragam sekolah apalagi sepatu, banyak yang pakai sandal," kata Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum dan Kesiswaan SDN Bintaro 05 Pagi, Muh Subagyo kepada ANTARA saat dihubungi di Jakarta.
Subagyo menyebutkan sekitar 70 persen dari 378 jumlah siswa SDN Bintaro 05 Pagi adalah korban banjir yang menerjang komplek IKPN Bintaro akibat jebolnya tanggul kali Pesanggrahan setelah diguyur hujan sejak tanggal 31 Desember 2019 hingga 1 Januari 2020.
Meski demikian, sebanyak 90 persen siswa SDN Bintaro 05 Pagi tetap hadir di hari pertama masuk sekolah walau dengan pakaian seadanya.
Para siswa datang tepat waktu mulai pukul 06.30 WIB, mayoritas siswa datang membawa diri, tidak membawa tas dan peralatan sekolah, tidak menggunakan seragam dan sepatu sekolah.
"Siswa hadir hanya membawa diri, tidak bawa apa-apa, tidak bawa tas, apalagi buku, semua peralatan sekolah tidak dibawa, karena memang semua perlengkapan dan peralatan sekolah mereka habis tersapu banjir," kata Subagyo.
Annisa (9) siswa kelas III B SDN Bintaro 5 Pagi datang ke sekolah menggunakan sandal warna pink dan baju tidur.
Saat ditanya oleh Subagyo alasan Annisa ke sekolah tidak pakai seragam sekolah karena semua peralatan sekolahnya tersapu banjir.
"Karena rumahnya kena banjir, bajunya habis hanyut, buku dan sepatu juga enggak punya," ujar Annisa dengan malu-malu.
Annisan pun berangkat ke sekolah menggunakan baju tidur yang diterimanya dari bantuan untuk korban banjir di pengungsian.
Hari pertama pihak sekolah belum mengaktifkan kegiatan belajar mengajar, para siswa hanya melakukan apel pagi dan diajak ngobrol-ngobrol untuk diberi penguatan usai banjir.
Pada guru juga menghibur siswa agar tidak khawatir dengan seragam dan sepatu sekolah, termasuk tas juga buku-buku.
"Kita sampaikan kepada mereka harus tetap semangat dan ceria, karena semua peralatan mereka akan diganti, seragam, buku, tas dan sepatu," kata Subagyo.
Kegiatan sekolah juga diisi dengan mengukur pakaian dan ukuran sepatu para siswa yang hadir, untuk selanjutnya data tersebut dikirim ke Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk penggantian.
"Arahannya begitu akan ada bantuan dari pemerintah untuk seragam, sepatu dan buku-buku bagi siswa korban banjir," kata Subagyo.