Kendari (ANTARA) - Personel gabungan TNI-Polri menggelar patroli pascaunjuk rasa berdarah di Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara untuk mewujudkan rasa aman bagi masyarakat.
"Patroli gabungan TNI-Polri sebagai simbol soliditas negara menjamin kenyamanan dan ketertiban masyarakat dalam menjalankan aktivitas," kata Kabag Binops Polda Sultra AKBP Saiful di Kendari, Minggu.
Patroli TNI melibatkan matra Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut serta Satuan Brimob dan Samapta Polda Sultra.
Patroli gabungan skala besar berkekuatan 150 personel menumpang 4 kendaraan bak terbuka dan 24 kendaraan roda dua.
Rombongan patroli gabungan bertolak dari Mapolda Sultra melalui rute Jalan H Edy Agussalim Mokomdompit (pertigaan kampus Universitas Halu Oleo), Jln M.T Haryono Wua Wua, hingga kota lama.
Aksi unjuk rasa ribuan massa gabungan dari sejumlah perguruan tinggi serta pelajar di Kota Kendari yang digelar Kamis (26/9) menyebabkan dua orang meninggal dunia.
Peserta unjukrasa Randi (21), mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Halu Oleo (UHO) dinyatakan meninggal dunia akibat luka tembak di dada sebelah kanan Kamis (26/9) sekitar pukul 15:30 Wita.
Sedangkan korban Muh Yusuf Kardawi (19) meninggal dunia setelah menjalani operasi akibat luka serius di bagian kepala di RSUD Bahteramas pada Jumat dini (27/9) sekitar 04:00 Wita.
Korban penembakan bukan hanya peserta unjukrasa tetapi juga seorang ibu hamil enam bulan yang sedang tertidur lelap di rumahnya Jln Syeh Yusuf, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari Kamis (26/9) sekitar pukul 16:00 Wita.
Identifikasi sementara disebutkan bahwa peluru yang diangkat dari betis ibu hamil berkaliber 9 milimeter.
"Proyektil yang diangkat dari betis sebelah kanan ibu Putri menjadi barang bukti uji balistik Mabes Polri," katanya.
Rumah korban yang berkonstruksi permanen berjarak sekitar 2 kilometer dari gedung DPRD Sultra yang menjadi konsentrasi pengamanan aksi unjukrasa oleh aparat kepolisian.
Tim gabungan Mabes Polri dan Polda Sultra sedang melakukan investigasi untuk mengungkap kesalahan penanganan unjukrasa yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa.