Kendari (Antaranews Sultra) - Harga biji kakao di sejumlah pusat penjualan hasil bumi di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, ada kecenderungan naik tipis.
? ?Keterangan dari Dinas Perkebunan Provinsi Sultra, Rabu, menyebutkan harga kakao nonfermentasi, misalnya, di tingkat petani produsen mencapai Rp26.000 atau sedikit naik dibanding dengan bulan lalu yang berada pada kisaran Rp25.750 per kilogram dengan fermentasi plus minus tujuh persen.
Begitu pula dengan harga kakao pada tingkat pedagang pengumpul juga mencapai Rp27.000 per kilogram atau naik dibanding sebelumnya yang hanya Rp26.850 per kilogram dan di pedagang antarpulau mencapai Rp29.000 per kilogram, sedikit menurun dibanding dengan bulan lalu yang mencapai Rp29.500 hingga Rp30.000 per kilogram.
Petugas Pelayanan Informasi Pasar Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra, Adnan Jaya mengatakan, bervariasinya harga kakao itu sudah menjadi ketentuan pasar, di samping tempat atau waktu di mana produk kakao itu dibeli.
"Jadi naik atau turunnya harga setiap komoditas itu juga tergantung dari kondisi cuaca, artinya bila musim panas seperti ini, maka harganya tentu akan lebih baik, bila kondisi hujan maka memengaruhi kadar air sehingga harga juga turun," ujarnya.
Ia mengatakan, kondisi musim kemarau selama lebih satu bulan terakhir ini, tidak hanya memengaruh harga kakao, namun terjadi pada komoditas perkebunan lain seperti, cengkih, pala, kemiri dan lada yang cenderung alami kenaikan yang signifikan.
Lada putih misalnya, harganya juga bervariasi yakni pada tingkat petani masih dengan harga Rp40.000 hingga Rp42.500 per kilogram, namun pada tingkat pengecer ditemui dengan harga Rp65.000 hingga Rp70.000 per kilogram atau naik rata-rata Rp5.000 per kilogram dibanding dengan bulan lalu.
Adnan menambahkan, bahwa informasi harga untuk beberapa jenis komoditas perkebunan itu tercatat pada minggu ketiga Oktober 2018 dan diperkirakan akan bertahan hingga akhir bulan ini.