Membahas tema program Corporate Social Responsibilty (CSR), mungkin tidak sehangat dengan perbincangan jelang pilpres 2019. Pun, tidak segeger dengan berita terkait serbuan Tenaga Kerja Asing (TKA) asal Tiongkok di Sulawesi Tenggara. Atau boleh jadi juga tidak seheboh dengan ledakan bom di Surabaya. Meskipun sepi dari pemberitaan media, namun program CSR tetap saja penting untuk dikaji. Mengingat ia menjadi bagian dan terintegrasi dengan masa depan bangsa Indonesia. Secara sederhana, CSR dapat kita interpretasikan sebagai sebuah program dan kebijakan perusahaan, yang bertujuan untuk memberikan manfaat secara berkelanjutan bagi kehidupan sosial sebagai bentuk tanggung jawab sosialnya akibat dari usaha eksplorasi pertambangan yang dilakukannya. Dan salah satu perusahaan yang saat ini masih tetap konsisten menunjukkan aware dan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat Sulawesi Tenggara adalah Usaha Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Antam, Sultra.
Berbicara tentang program CSR dari UPBN Antam Sultra, tentu tak perlu disangsikan lagi. Betapa tidak, perusahaan pertambangan Nikel di Pomalaa ini, telah tumbuh dan berkontribusi nyata dalam pembangunan khususnya di Sulawesi Tenggara selama kurang lebih setengah abad lamanya. Karenanya tak heran, Special Achievement Center for Enterpreneurship, Change and Third (CECT) Award 2016 dan GPMB Award 2015 telah diperolehnya karena konsitensinya dalam implementasi dalam kegiatan tanggung jawab sosial. 50 tahun tentu bukan masa yang pendek. Bahkan, hampir seusia dengan umur manusia pada umumnya. Sejak dimulai tahun 1968, saat itupulah Antam hadir berkolaborasi dengan pemerintah dan masyarakat meningkatkan tarap hidup dan kesejahteraan masyarakat. Di usia emas ini pulalah program CSR Antam telah berperan aktif mendorong pembangunan dan memberdayakan masyarakat Sulawesi Tenggara baik dalam sektor budaya, ekonomi, kesehatan, pendidikan maupun lingkungan. Sinergitas yang terbangun telah berhasil mengentaskan masyarakat Sulawesi Tenggara dan tampil sebagai daerah yang cukup diperhitungkan di kawasan Timur Indonesia, bahkan ke mancanegara.
Dari sekian banyak bidang program CSR Antam Sultra, tulisan ini lebih dititikberatkan pada CSR sektor Pendidikan. Ada beberapa alasan yang perlu penulis kemukakan. Pertama, pendidikan adalah sektor yang paling startegis untuk menentukan masa depan bangsa kita. Melalui usaha pendidikan pulalah human resource dapat dipersiapkan dengan baik. Persoalannya adalah sejak disahkannya Undang undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2004 silam, kualitas pendidikan kita secara makro masih belum begitu menggembirakan. Misalnya saja, Programme International of Student Assesment (PISA) kita masih berada pada rangking 72 terpaut jauh di bawah Vietnam. Demikian pula dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari United Nations Depelovment Programme (data per22 Maret 2017) yang salah satu indikatornya bidang pendidikan, peringkat Indonesia masih berada 113 dari 188 negara. Bahkan cenderung turun dari tahun 2015 yang saat itu berada pada posisi 110. Variabel penyebabnya tentu sangat kompleks. Tapi jika ingin jujur, diakui bahwa sistem pendidikan kita memang masih banyak yang perlu dibenahi. Mulai dari persoalan distribusi guru yang tidak merata, infrastruktur dan sarana pendidikan yang masih relatif kurang, rendahnya kinerja dan kompetensi guru, sampai kepada persoalan metodologis pembelajaran tidak inovatif, serta tata kelola lembaga pendidikan yang tidak profesional terakumulasi sehingga menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita.
Dari ragam persoalan tersebut, program CSR Antam Sultra hadir berkolaborasi dengan pemerintah dan stake holder lainnya, mengurai benang kusut dan membenahi tata kelola sistem pendidikan kita. Karenanya, kiprah dari program CSR Antam Sultra memang patut diapresiasi. Adanya School Development Program (SDP) atau pengembangan kapasitas sekolah berbasis mutu yang merupakan program unggulan CSR Antam Sultra menjadi semangat baru untuk memajukan pendidikan kita. Dalam konteks ini, CSR Antam Sultra telah melakukan upaya-upaya strategis yang mendorong terciptanya atmosfir akademik bagi peningkatan mutu pendidikan di Sulawesi Tenggara. Misalnya, Workshop Penelitian Tindakan Kelas, publikasi ilmiah, pelatihan supervisi akademik dan manejemen SDM di lingkungan satuan pendidikan yang ada di Kecamatan Pomalaa. Kegiatan ini tentu memiliki manfaat yang sangat besar bagi peningkatan mutu sekolah. Program ini menjadi bukti otentik bagaimana kepedulian perusahaan terhadap sektor pendidikan yang terimplementasi dalam kegiatan-kegiatan pengembangan berbasis mutu. Ke depan kita tentu berharap kegiatan-kegiatan yang serupa dapat terus dilanjutkan dalam spektrum yang lebih luas. Tidak saja terbatas di ring 1 Kecamatan Pomalaa atau Kabupaten Kolaka saja, namun juga program SDP berjalan secara holistik, sistematis dan terintegrasi serta berkelanjutan, sehingga dapat menyentuh seluruh Kabupaten / Kota lain di Sulawesi Tenggara ini.
Kedua, saat ini kita berada pada masa revolusi industri 4,0. Dimana internet telah menjadi bagian penting dan terintegrasi dalam setiap aspek kehidupan masyarakat (internet of things), termasuk di dalamnya dunia pendidikan. Digitalisasi pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan berbasis online tak dapat terelakkan lagi, sehingga sekolah harus mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Berkaca dari pengalaman penyelenggaraan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tingkat SMA/MA/SMK dan SMP/MTs tahun 2018, dimana belum semua sekolah/madrasah di Sulawesi Tenggara ini melaksanakan UNBK diakibatkan oleh berbagai kendala berupa ketiadaan sarana prasarana, jaringan dan server serta tenaga proktor dan teknisi. Berdasarkan data yang diperoleh misalnya Madrasah Aliyah Se-Sultra dari 124 Madrasah Aliyah terdaftar, hanya 46 Madrasah Aliyah atau 37,09 % saja yang menyelenggarakan UNBK. Sementara itu jumlah Madrasah Tsanawiyah se-Sultra sebanyak 219, hanya 74 Madrasah Tasanawiyah atau 33,78 % saja yang menyelenggarakan UNBK. Demikian pula sebanyak 404 SMA se-Sultra hanya 176 atau 43,56 % saja yang ber UNBK. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri tidak saja bagi sekolah/madrasah, tapi bagi seluruh pemangku kepentingan yang ada di Sulawesi Tenggara, termasuk di dalamnya CSR Antam Sultra. Demikian pula berdasarkan hasil evaluasi soal UNBK yang secara substansial memiliki tingkat kerumitan soal yang sangat tinggi, dengan menggunakan pendekatan Higher Order Thinking Skills (HOTS), sementara hampir semua sekolah/madrasah tidak menerapkan pembelajaran HOTS, akibatnya siswa mengalami kesulitan dalam menjawab soal UNBK. Karenanya, sinergitas dan support semua pihak sangat penting dalam rangka memajukan pendidikan di Sulawesi Tenggara. Dalam konteks ini CSR Antam Sultra diharapkan dapat mengambil peran untuk mengatasi problem yang dihadapi oleh lembaga pendidikan kita. Misalnya dengan membantu pengadaan komputer, server dan jaringan serta pelatihan tenaga proktor dan teknisi di setiap Kabupaten/Kota di Sulawesi Tenggara. Demikian pula dapat membangun jejaring dan kerjasama dengan stake holder, misalnya Organisasi Profesi Guru dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan, dengan menyelenggarakan Traning of Trainer atau workhsop Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan tentang pembelajaran dan penilaian HOTS.
Semoga momentum emas 50 tahun CSR Antam ini dapat lebih mendorong dan menjadi semangat baru dalam rangka percepatan pembangunan masyarakat Sulawesi Tenggara khususnya dalam sektor pendidikan, sehingga kualitas pendidikan kita dapat lebih maju, merata dan berdaya saing tinggi. (Ads - Juara 1 Lomba Menulis CSR Antam)
*Oleh : Irwan Samad