"Lokasi tambak kami memang digunakan dinas perikanan Kolaka sebagai tambak percontohan dan hasil panen udang vaname sangat menggiurkan," kata Zakaria salah satu nelayan tambak di daerah itu, Rabu.
Menurutnya benur yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kolaka, dalam usia sembilan puluh hari sudah bisa panen.
Begitu juga dengan biaya kata dia hanya menyiapkan sekitar Rp30 juta untuk pembelian pakan dan benur serta upah tenaga kerja.
"Dalam sekali panen udang sekitar Rp60 juta,jadi ada keuntungan jadi petambak udang vaname," ungkap Zakaria.
Meskipun demikian lanjut Zakaria berharap kepada Pemerintah daerah agar melakukan pengerukan terhadap saluran air yang ada di wilayah itu.
"Para nelayan tambak sudah beberapa kali melakukan penggalian saluran agar bisa menampung air yang lebih namun masih tetap belum mampu mengairi tambak nelayan secara normal," harapnya agar pihak DKP melakukan pengerukan saluran.
Sementara Kepala bidang Budidaya dinas kelautan dan Perikanan Kolaka Umar Sakka mengatakan memang saat ini benur yang digunakan nelayan tambak adalah hasil pemijahan DKP.
"Saat dilakukan uji coba perbandingan hidupnya benur itu diatas 80 persen," katanya.
Mengenai harapan nelayan tambak terkait saluran pengairan kata dia, pihaknya akan berupaya melakukan komunikasi dengan Pemerintah daerah agar segera dilakukan pembenahan.
"Para nelayan tambak sudah beberapa kali melakukan penggalian saluran agar bisa menampung air yang lebih namun masih tetap belum mampu mengairi tambak nelayan secara normal," harapnya agar pihak DKP melakukan pengerukan saluran.
Sementara Kepala bidang Budidaya dinas kelautan dan Perikanan Kolaka Umar Sakka mengatakan memang saat ini benur yang digunakan nelayan tambak adalah hasil pemijahan DKP.
"Saat dilakukan uji coba perbandingan hidupnya benur itu diatas 80 persen," katanya.
Mengenai harapan nelayan tambak terkait saluran pengairan kata dia, pihaknya akan berupaya melakukan komunikasi dengan Pemerintah daerah agar segera dilakukan pembenahan.