Kendari (Antara News) - Program sumber daya Marine Recource Program (MRP) atau program sumber daya kelautan dari US Agency for Internasional Development (USAID) di Sulawesi Tenggara (Sultra) yang telah berjalan selama tiga tahun dinyatakan berakhir secara resmi pada awal Februari 2015.
MRP adalah hibah dari USAID untuk mendukung kebijakan pemerintah Indonesia mengelola sumber daya kelautan yang berkelanjutan termasuk edukasi dan mitigasi perubahan iklim di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.
Marine Protected Areas Governance (MPAG) dan Indonesia Marine and Climate Supprot (IMACS) bedara di bawah proyek MRP yang mengimplementasikan rencana kerja dengan melibatkan empat Universitas lokal, 16 mahasiswa pascasarjana, lima LSM sebagai pelaksana proyek MPAG, 42 mitra penerima hibah IMACS, 50 desa pesisir diseluruh wilayah pesisir Sultra.
Program kerja yang ada di MRP-USAID sesuai dengan undang undang kelautan no.1/2014 yang baru saja disahkan, khususnya mengenai pengelolaan sumber daya laut yang berada yang berada dalam Kementerian Kelautan dan Perikanan secara konfrhensif dan efektif.
"Indonesia adalah bagian sangat penting dari sumber daya kelautan dunia dengan keanekaragaman hayati laut yang sangat tinggi, sehingga upaya-upaya pelestarian dan pengelolaannya secara efektif menjadi salah satu kebijakan lingkungan yang kami dukung," kata Duta Besar AS, Robert Blake, melalui siaran pers yang diterima di Kendari, Selasa.
Lebih jauh Blake menambahkan, apa yang diberikan dalam bantuan tersebut adalah bagian dari proses jangka panjang pelestarian dan pengelolaan sumber daya kelautan global, khususnya di wilayah Indonesia.
Khusus untuk wilayah Sultra, katanya, beberapa pencapaian yang telah diraih oleh MPAG dan IMACS adalah bantuan tehnis pembentukan kawasan konservasi perairan daerah provinsi Sultra merupakan pertama di Indonesia untuk tingkat provinsi yang meliputi Kabupaten Konawe, konawe Selatan dan Kota Kendari.
Capaian lain adalah pembentukan KKPD Kabupaten Muna, pembentukan forum multistakeholder di KKP Wakatobi. Semua dicapai melalui kegiatan pemetaan partisipatif, konsultasi publik, perencanaan zonasi kawasan, program penilaian cepat dan masif, pengelolaan data perikanan secara tradisional dan berbasis teknologi (I-FISH), kajian kerentanan sebagai bahan awal penyusunan rencana adaptasi iklim desa-desa wilayah pesisir dengan menggunakan piranti I-CATCH.
Sejauh ini katanya, proyek yang telah dijalankan dibawah koordinasi MPAG dan IMACS bernilai sekitar 25 juta dolar AS.
"Apa yang telah dicapai MPAG dan IMACS akan terus dikembangkan dan dilanjutkan oleh proyek sumber daya kelautan USAID selanjutnya senilai kurang lebih 33 juta dolar AS pada waktu dekat ini," katanya.