Kupang (Antara News) - Masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) diimbau meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan lewat menanam pohon, tidak membakar hutan serta menghutani kembali lahan dan bukit yang gundul akibat perbuatan manusia.
Imabaun tersebut disampaikan Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya terkait kekeringan yang saat ini melanda provinsi kepulauan ini, di Kupang, Rabu.
Kepedulian masyarakat harus ditingkatkan dengan membuat program padat karya, menanam pohon dan menghindari perilaku membakar hutan pada saat membuka lahan, katanya.
Menurut Gubernur Lebu Raya, kekeringan yang saat ini terjadi hampir di seluruh 21 kabupaten/kota di wilayah ini, jika ditambah lagi dengan El Nino, akan mempersulit warga untuk memperoleh air bersih untuk kebutuhan hidup.
"Kekeringan yang terjadi setiap tahun di NTT disebabkan juga oleh rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk menanam dan merawat pohon di lingkungan dan kebiasaan membakar hutan pada musim kemarau," katanya.
Dikatakan, jika perilaku seperti ini tetap dipelihara, maka jangan salahkan orang lain, termasuk pemerintah, ketika fenomena alam berupa gelombang panas tersebut tiba.
"Fenomena alam itu, sudah mulai nampak di NTT, ditandai dengan kemarau panjang, musim hujan yang lebih pendek, sehingga kekeringan pun akan lebih dirasakan dari yang terjadi saat ini," katanya.
Langkah lain yang harus diambil, kata Gubernur Lebu Raya dengan merancang dan melaksanakan program padat karya penghijauan sekaligus untuk membuka lapangan kerja bagi pekerja yang sedang menganggur, sekaligus mencegah tindakan merusak hutan.
"Beberapa contoh jenis padat karya di sektor pertanian dan perkebunan, seperti pemeliharaan lahan, pembuatan teras, penanaman ulang, perluasan tanaman, pemadaman kebakaran, dan sebagainya," katanya.
Kegaitan padat karya lain di sub sektor kehutanan dapat dilakukan kegiatan reboisasi, penghijauan, perhutanan sosial, pemadaman kebakaran hutan. Sementara upaya pemeliharaan lingkungan dapat dilakukan kegiatan pemuilhanhutan/perkebunan yang diakibatkan oleh lahan longsor, banjir dan kebakaran.
Para ahli cuaca internasional memperkirakan planet bumi akan mengalami kenaikan suhu rata-rata 3,50 derajat Celcius sebagai efek akumulasi penumpukan emisi gas rumah kaca di atmosfer, katanya.
Ia mengatakan, kenaikan suhu itu dapat mendatangkan bencana, diantaranya pencairan es di kutub, perubahan pola angin, meningkatnya badai atmosferik, bertambahnya organisme penyebab penyakit, perubahan ekosistem hutan dan lainnya.
Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kabuaya di Jakarta, Selasa, mengatakan hal ini menjadi perhatian Kementerian Lingkungan Hidup agar ke depan dapat lebih meningkatkan peran demi perbaikan lingkungan.
Meski indeks kualitas lingkungan hidup menurun, namun menurut Balthasar, telah terjadi perbaikan kualitas.
Berbagai perbaikan seperti program-program penanaman pohon, turunnya beban pencemaran dari kegiatan industri dan domestik temasuk memastikan kegiatan pertambangan ramah lingkungan.
Selain itu juga dilakukan pemulihan lahan terkontaminasi limbah bahan berbahaya dan beraun (B3) serta peningkatan pengelolaan sampah melalui kegiatan 3R (reduce, reuse, recycle).
Rehabilitasi juga terus dilakukan untuk memastikan penurunan laju kerusakan lingkungan pada ekosistem strategis.