Jakarta (Antara News) - Ketua Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Yuliandre Darwis PhD mengatakan media televisi harus cerdas dalam menyiarkan materi siarannya.
"Konten siaran harus cerdas, jangan hanya masyarakat saja yang disuruh cerdas," ujar Yuliandre usai acara pelantikan ISKI di Jakarta, Kamis.
Saat ini, masyarakat disajikan dengan materi siaran yang kurang bermutu dan hanya mengejar rating dan iklan. "Media jarang yang berpikir untuk mencerdaskan masyarakat," tambah dia.
Selain materi siaran yang kurang berbobot, media juga jauh dari kata netralitas. Terbukti dari banyaknya iklan politik milik pemilik televisi.
Akibatnya masyarakat tidak punya pilihan untuk memilih siaran televisi yang bagus. "Indonesia memiliki infrastruktur yang baik, namun sayangnya media yang ada tidak netral," tukas dia.
Dalam hal ini, ISKI berperan penting dalam menstabilkan peran media massa. Andre menilai faktor edukasi masih sangat kurang. "Idealnya media itu harus netral, memang susah tapi harus digaungkan."
ISKI mendorong gerakan agar media massa untuk netral dan juga harus menyediakan materi siaran yang cerdas.
Pakar Komunikasi dari Universitas Indonesi Sasa Djuarsa Sendjaja juga menyayangkan ketidaknetralan media, terutama dalam mendekati pemilu. "Media terutama televisi jauh dari kata netral. Juga isi siaran televisi yang ada saat ini tidak berbobot," tandas Sasa.
Media yang independen adalah media yang jarang menyiarkan kegiatan pemiliknya.
Sebagian besar media televisi di Tanah Air dikuasai oleh pengusaha yang berkecimpung di politik seperti MNC, RCTI, Global TV yang dipunyai oleh Harry Tanoesoedibjo, Metro TV dikuasai Surya Paloh, TV One dan ANTV dimiliki Abu Rizal Bakrie.