Kendari, (Antara News) - Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara HM Saleh Lasata menyatakan Bahasa Indonesia menjadi perekat utama dari keberagaman etnis atau suku di provinsi ini.
Wakil Gubernur Saleh menyatakan hal itu saat menjadi pembicara pada hari kedua Rapat Kordinasi Kebahasaan se Indonesia di Kendari, Kamis.
"Suku utama di Sultra ada empat yakni Kendari (Tolaki), Buton, Muna dan Moronene (Bombana). Keempat suku ini memiliki bahasa daerah masing-masing, namun tetap hidup rukun dan damai karena dipersatukan oleh Bahasa Indonesia," katanya.
Saat ini kata dia, di Sultra sudah terdapat 19 suku dan memiliki 19 bahasa daerah dengan dialek bahasa sebanyak 172.
"Setiap suku menggunakan bahasa daerah masing-masing dalam setiap acara adat, terutama dalam pelamaran atau pernikahan," katanya.
Pemerintah daerah sendiri kata dia, belum memiliki payung hukum dalam pengembangan bahasa-bahasa daerah tersebut.
Meski demikian ujarnya pemerintah daerah tetap konsisten melestarikan dan mengembangkan bahasa daerah yang ada di daerah ini.
"Dalam melestarikan dan mengembangkan bahasa daerah, kami masih menggunakan dasar hukum Renca Pembangunan Jangka Menengah Daerah atau RPJMD," katanya.
Diharapkan ujarnya, melalui rapat Koordinasi Kebahasaan ini, dapat dilahirkan sebuah keputusan yang bisa menjadi payung hukum bagi daerah untuk mengembangkan dan melestarikan bahasa daerah masing-masing.
Paling tidak ujarnya, para peserta rapat dapat memberikan masukan kepada pemerintah daerah masing-masing agar menerbitkan peraturan daerah yang mengatur regulasi penggunaan bahasa daerah.
Pada hari kedua Rapat koordinasi Kebahasaan tersebut juga menampilkan pembicara dari sejumlah daerah di Indonesia, antara lain dari Jawa Timur, Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan.
Selain itu juga Kepala Badan Bahasa, Mahsun yang membawakan materi regulasi kebijakan penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahan ajar dalam Kurikulum 2013.
Menurut Mahsun, Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 mengintegrasikan semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah yang tingkat kesulitannya disesuaikan dengan tingkatan kelas para pelajar.
"Dalam mengajarkan Bahasa Indonesia, guru bahasa dapat mengintergrasikan dengan mata pelajaran lain, sehingga para pelajar lebih mengerti dan menyerap materi pelajaran yang diajarkan pada setiap mata pelajaran," katanya.