Samarinda (ANTARA News) - Sebanyak 475 pelajar SMP Negeri 2 Loa Kulu, Desa Jembayan, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, terpaksa harus belajar halaman sekolah mereka.
Sejak Kamis pagi sekitar pukul 07. 00 Wita, ratusan pelajar SMP Negeri 2 Loa Kulu tersebut terlihat sudah berdatangan ke sekolah mereka.
Namun, tidak seperti pada proses belajar mengajar pada umumnya yang dilakukan di dalam ruang kelas, para pelajar tersebut terlihat langsung duduk di lantai dengan menggunakan alas seperti kertas dari sobekan buku, sepatu dan karton di depan dan di samping ruang kelas bahkan sebagian di halaman sekolah sementara ruang kelas mereka terlihat digembok.
Tak lama, beberapa guru terlihat keluar dari ruangan kemudian memberikan materi pelajaran kepada masing-masing anak didiknya dengan hanya menggunakan sebuah kursi plastik dan alat peraga seadanya.
"Anak-anak kami terpaksa harus belajar di luar ruangan karena ruang kelas sudah tidak layak lagi digunakan akibat dipenuhi debu batu bara. Kami sudah berkoordinasi ke berbagai pihak diantaranya, Kepala desa, pihak kecamatan, BLHD bahkan pihak DPRD Kutai Kartanegara dan mereka menyatakan sekolah ini memang tidak layak lagi karena telah dibenuhi debu," ungkap Humas SMPN 2 Loa Kulu, Syamsu Armani, Kamis.
Walaupun proses belajar mengajar itu dilakukan di luar ruangan namun para pelajar terlihat tetap antusias mengikuti mata pelajaran yang diberikan gurunya.
Sementara, sebagian besar guru mengenakan masker namun tidak terlihat adanya pelajar yang menggunakan alat penutup hidung tersebut.
"Proses belajar mengajar seperti ini sudah berlangsung selama dua minggu namun kami terpaksa tetap memaksakan kondisi seperti ini sebab pada 15 Oktober 2012, proses ujian akan dilaksanakan sehingga proses belajar mengajar harus tetap berjalan walaupun resikonya besar," katanya.
"Sejauh ini, belum ada perhatian dari pihak perusahaan terkait terganggunya proses belajar mengajar di SMPN 2 Loa Kulu akibat dampak debu yang ditimbulkan oleh aktivitas tambang batu bara mereka. Namun, pihak Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara sudah berjanji akan segera menyelesaikan maslaah ini secepatnya," ungkap Syamsu Armani.
Terdapat tiga perusahaan tambang batu bara yang berperasi di Desa Jembayan atau hanya berjara sekitar 300 hingga 500 meter dari SMPN 2 Loa Kulu yakni PT BKS, PT AM dan PT BJ.
"Kami hanya meminta agar pihak perusahaan memberikan bantuan dana operasional kesehatan, memasang 'blower' atau pengisap debu serta AC di setiap ruangan," kata Syamsu Armani.
Dampak Debu
Dampak debu yang diduga berasal dari aktivitas tambang batu bara di Desa Jembayan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, dirasakan warga hingga radius tiga kilometer.
"Saat masuk kantor setelah libur, ruangan saya juga sempat dipenuhi debu berwarna hitam. Padahal, jarak kantor desa dengan aktivitas perusahaan tambang batu bara sekitar tiga kilometer," ungkap Sekretaris Desa Jembayan, Kecamatan Loa Kulu, Mahmud, Kamis.
Berdasarkan data kependudukan pada 2011, lanjut Mahmud, tercatat lebih 6.000 jiwa warga yang tinggal di Desa Jembayan.
Umumnya warga Desa Jembayan kata dia bekerja sebagai petani sebagian PNS dan pekerja pada tiga perusahaan tambang batu bara yang beroperasi di daerah itu.
Bukan hanya SMN 2 Loa Kulu lanjut Mahmud yang terkena dampak debu itu, namun sebagian besar warga merasakannya.
"Penanganan teknis yakni bagaimana agar debu tersebut tidak lagi menggangu warga itu prioritas utama yang harus dilakukan. Terkait masalah debu yang menyebabkan aktivitas SMPN 2 Loa Kulu terganggu, kami melihat sudah ada itikad baik dari perusahaan namun sejauh ini belum ada titik temu mengenai kompensasi atas dampak debu tersebut," kata Mahmud.
Pihak Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara lanjut Mahmud telah melakukan beberapa kali mediasi dengan warga khususnya pihak sekolah namun sejauh ini belum ada kesepakatan dengan perusahaan.
Sementara, salah seorang warga Desa Jembayan, Mulyadi mengatakan, dampak debu diduga berasal dari aktivitas tambang batu bara itu dirasakan oleh hambir semua warga di desa itu.
"Memang yang paling parah SMPN 2 Loa Kulu tapi dampak dari debu itu dirasakan oleh hampir seluruh masyarakat. Debu itu akan terlihat menggulung ke udara sekitar pukul 14.00 hingga 15.00 Wita dari 'stok pile' perusahaan tambang batu bara yang jaraknya hanya beberapa meter dari kawasan pemukiman," kata Mulyadi.
Warga lanjut dia juga belum melihat keseriusan pihak perusahanan dalam mennangani masalah debu tersebut.
"Beberapa kali pertemuan namun kami belum melihat upaya serius dari perusahaan dalam mengatasi masalah debu ini," ungkap Mulyadi.