Kendari (ANTARA News) - Kontingen Sulawesi Tengah yang tampil dalam lomba paduan suara Pesparawi Nasional X di Kendari, Sabtu, menggunakan pita hitam di lengan kiri sebagai tanda dukacita atas meninggalnya seorang rekan mereka usai berlomba pada Jumat (6/7) petang.
"Kontingen Sulawesi Tengah (Sulteng) ini menggunakan pita hitam sebagai tanda duka atas meninggalnya bapak Jois Guru, `conductor` paduan suara dewasa campuran dari Suteng," kata John Lomban, pembawa acara lomba musik etnik Pesparawi X usai penampilan kontingen Sulteng di GOR Pemuda Kendari, Sabtu.
Jois Guru, (45), yang berprofesi sebagai pengusaha itu menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Umum Provinsi Sulteng Jumat, sekitar pukul 16.30 WITA hanya sekitar satu jam usai memimpin timnya berlomba di nomor paduan suara dewasa campuran.
Petugas medis mengatakan, ayah seorang anak dari isterinya Seswati Danto itu terkena serangan jantung.
Jenazah almarhum sudah diterbangkan ke Palu, Sabtu pagi untuk dikebumikan di kampung halamannya di Wuasa, Kecamatan Lore Utara.
Kontingen Sulteng menjadi penampil pertama pada lomba musik etnik Pesparawi X dan merupakan nomor lomba paling terakhir dilombakan dari 11 nomor yang dilombakan di ajang ini.
Kontingen Sulteng yang diwakili para penyanyi dan penari dari Kabupaten Morowali ini membawakan lagu berjudul "Tomambe O`orimani" (Saling mencintai dan menghargai) disertai Tari Lumense yang dimainkan 35 personel.
Sebanyak 21 provinsi mengikuti nomor lomba musik etnik, sebuah nomor yang baru pertama kali dilombakan sejak Pesparawi pertama kali digelar di Jakarta, Juni 1983. (ANT).