Kendari (ANTARA News) - Aparat dari kepolisian dan bantuan pengamanan dari TNI masih tampak melakukan penjagaan di sejumlah objek vital di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, pascapenundaan kenaikan harga BBM.
Pantauan di Kendari, Sabtu, beberapa sarana perkantoran dan sarana vital lainnya, seperti gedung DPRD Provinsi, Rumah jabatan Gubernur, kantor Wali Kota Kendari, Kejaksaan Tinggi, Telkom, PLN, SPBU dan sejumlah toko swlayanan, masih dijaga beberapa aparat sejak pagi hingga petang.
Sementara itu, demo mahasiswa di Kota Kendari terkait dengan penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) hari ini masih terlihat meski jumlahnya hanya puluhan mahasiswa.
Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, jumlah mahasiswa mencapai ribuan, bahkan pada hari pertama, 27 Maret 2012, para pedemo sempat melakukan tindakan anarkis dengan merusak sebuah mobil dinas.
Pada hari kedua, 28 Maret 2012, pun jumlah massa mencapai ratusan dan sempat melakukan penyanderaan dan penghentian aliran listrik di Telkom Kendari hingga hampir dua jam serta merusak pos pengamanan polisi di dekat kampus Unhalu.
Sementara itu, pada hari ketiga, 29 Maret 2012, jumlah massa mencapai ribuan orang dan berakhir anarkis dengan membakar sebuah mobiil dinas milik anggota DPRD Konawe Utara setelah kembali menyampaikan aspirasi di Gedung DPRD Sultra.
Pada hari keempat, 30 Maret 2012, massa demonstran juga berorasi di depan gedung DPRD Sultra. Pada hari Jumat (30/3) pedemo dan aparat kepolisian nonton bersama di halaman gedung DPRD Sultra untuk menyaksikan anggota DPR RI yang melakukan sidang paripurna dengan agenda pembahasan RUU APBN Perubahan 2012. Mereka memantikan, apakah pada tanggal 1 April 2012 harga BBM jadi naik atau sebagian dari anggota menolak kenaikan harga BBM.
Keterangan dari pihak kepolisian Kota Kendari, aksi unjuk rasa mahasiswa yang berakhir dengan tindakan anarkis, baik pada hari pertama maupun hari keempat, mengakibatkan aparat menahan sedikitnya 24 pedemo. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan, para mahasiswa itu sudah dilepas kembali dengan membuat pernyataan tertulis masing-masing.
Kapolresta Kendari AKBP Yuyun Yudhantara dalam keterangan terpisah membenarkan adanya penahan belasan mahasiswa yang tertangkap tangan saat melakukan aksi unjuk rasa dengan membuat hal-hal di luar ketentuan yang berlaku.
Namun, menurut Kapolres, setelah mereka diperiksa satu per satu, mereka menyatakan permohonan maaf dan tidak mengulangi perbuatannya lagi sehingga pihaknya melepas mereka untuk kembali ke kampus dan rumah masing-masing.
Pascapenundaan kenaikan harga BBM, Polresta Kendari tetap waspada dan bersiaga jika ada aksi-aksi menanggapi putusan penundaan kenaikan BBM tersebut.
"Kami tetap bersiaga untuk menghadapi aksi-aksi lainnya setelah kenaikan ditunda. Hari ini (Sabtu) informasinya ada aksi, namun hanya beberapa orang saja," katanya. (Ant).