Sleman (ANTARA) - Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyalurkan bantuan pompa air atau irigasi perpompaan dari 2019 hingga 2024 sebanyak 160 unit dalam rangka meningkatkan indeks pertanian.
Pelaksana tugas Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman Suparmono di Sleman, Senin, mengatakan bantuan pompa air dari Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan melalui Bidang Tanaman Pangan dalam lima tahun terakhir, tahun 2019 hingga 2024 sebanyak 160 unit.
"Bantuan ini dimanfaatkan petani untuk menyedot air sumur yang ada baik dari bantuan pemerintah maupun dibuat secara mandiri," kata Suparmono.
Ia mengatakan air irigasi berperan penting dalam mendukung keberhasilan budidaya pertanian agar tanaman tumbuh secara optimal. Secara alami kebutuhan air dapat dipenuhi dari air irigasi dan air hujan.
Namun kenyataannya ketersediaan air tidak merata sepanjang waktu dan setiap tempat. Di beberapa tempat dan dalam waktu-waktu tertentu jumlah air hujan tidak bisa memenuhi kebutuhan serta masih ada Lokasi tanaman yang berada di luar system daerah irigasi.
Selain hal tersebut ada lahan yang berada dalam sistem daerah irigasi tetapi dengan kebijakan rutinitas rehab bangunan yang memerlukan pematian dalam waktu yang cukup lama sehingga ketersediaan air terganggu.
"Kondisi ini menyebabkan indeks pertanaman menjadi terbatas tiap tahunnya," katanya.
Suparmono mengatakan Salah satu upaya yang dilakukan mendukung penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan air pertanian adalah dengan irigasi perpompaan dan pompanisasi.
"Kegiatan pompanisasi dengan pemberian bantuan pompa air kepada kelompok tani telah dilakukan setiap tahun," katanya.
Dia mengatakan istilah Irigasi perpompaan adalah sistem irigasi dengan menggunakan pompa air yang pendistribusiannya melalui saluran terbuka maupun saluran tertutup dengan memanfaatkan sumber air dari sungai, mata air atau sumber air lainnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lapangan yang ada.
Berdasar istilah ini maka bangunan sumur ladang dan Irigasi Air Tanah Dangkal (IATD) termasuk didalamnya, yang membedakan adalah sumber airnya berasal dari air tanah bukan air permukaan.
"Selama lima tahun terakhir bantuan bangunan sumur ladang lengkap dengan pompa air beserta selang sudah diserahkan sebanyak 23 unit," katanya.
Sementara bantuan IATD yang sudah diberikan sebanyak 44 unit dengan paket berupa bangunan bak penampung air, sumur dengan kedalaman 30 meter dan pompa submersible.
Selain bantuan tersebut di atas pada tahun ini untuk meningkatkan ketersediaan air guna budidaya tanaman baru maupun penyelamatan budidaya tanaman padi yang ada, melalui kegiatan pengembangan irigasi perpompaan dana APBN, Petani di Sleman mendapat bantuan tiga unit irigasi perpompaan dengan sumber air dari air sungai.
Bantuan berupa bangunan bak penampung air, bangunan panel Listrik dan pompa air yang diberikan kepada petani dalam bentuk uang sebesar Rp112,8 juta per paket yang langsung ditransfer ke rekening kelompok tani.
"Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara swakelola oleh kelompok tani penerima. Perkembangan pelaksanaan kegiatan hingga hari ini sudah mencapai 70 persen dan tinggal menunggu pesanan pompa air datang," katanya.
Lebih lanjut, Suparmono mengatakan potensi luasan lahan yang bisa ditanami pada tiga kelompok tani penerima tersebut adalah pada kelompok tani Tiwir, dusun Tiwir, Sumbersari, Moyudan seluas 23 hektare ; Kelompok tani Sari Rahayu, Saren, Sumberrahayu, Moyudan seluas 20 hektare dan Kelompok Tani Catur Tani Manunggal, Jaten, Sendangrejo, Minggir seluas 20 hektare.
Kondisi pertanaman pada tiga kelompok berbeda-beda Dimana pada kelompok tani Tiwir, Sumberrahayu Moyudan selama ini sudah tanam 2 kali per tahun; kelompok tani Sari Rahayu, Saren Sumberrahayu Moyudan 1 kali/tahun sementara pada kelompok tani Catur Tani Manunggal Jaten Sendangrejo sudah lama lahan tidak ditanami padi.
"Dengan bantuan irigasi perpompaan ini diharapkan sesuai kesepakatan luasan tanam, kelompok tani bisa mulai secara bertahap merealisasikan budi daya padi," katanya.