Kendari (ANTARA) - Pemerintah Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), melalui Dinas Ketahanan Pangan (Disketapang) mulai mengampanyekan gerakan stop boros pangan kepada masyarakat.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kendari Abdul Rauf di Kendari, Senin, mengatakan bahwa dalam kondisi seperti saat ini di mana harga pangan sedang mengalami fluktuasi maka dibutuhkan kesadaran dan kebijaksanaan dari seluruh masyarakat dalam hal mengonsumsi makanan.
"Jadi gerakan stop boros pangan itu bukan berarti dilarang makan tetapi makanlah sesuai kebutuhan bukan sesuai keinginan," kata Abdur Rauf.
Menurutnya bila makanan yang dimakan itu sesuai dengan kebutuhan maka akan cukup sedangkan bila makanan yang dimakan sesuai keinginan maka pasti akan berlebihan dan berakibat terbuangnya makanan sisa.
Selain itu, lanjutnya, fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini adalah kerap kali mengambil porsi makanan yang tidak bijaksana atau berlebihan tetapi pada akhirnya akan tersisa dan tidak bisa dimakan lagi.
“Makanan yang seharusnya masih bisa dikonsumsi malah terbuang karena berlebihan tadi, ujung – ujungnya akan lari ke tempat sampah kan kasihan mubazir,” katanya.
Berdasarkan data Badan Pangan Nasional sebanyak 23 hingga 48 juta ton makanan terbuang menjadi sampah yang menyebabkan kerugian ekonomi sekitar Rp 213 triliun hingga Rp 551 triliun setiap tahun.
Oleh sebab itu, Abdul Rauf mengajak masyarakat agar bijaksana dalam mengonsumsi pangan serta bersama–sama memanfaatkan pekarangan untuk menanam komoditas yang bisa membantu pemenuhan kebutuhan pangan.
“Kondisi pangan ke depan tidak bisa diprediksi maka mari bersama–sama mengupayakan gerakan stop boros pangan ini disertai dengan usaha memanfaatkan pekarangan untuk menanam bahan pokok seperti cabai dan sayuran sebagai opsi bila hal yang tidak diinginkan terjadi,” tutupnya.