Jakarta (ANTARA) - Kasus COVID-19 di Indonesia kembali bertambah pada Kamis ini ketika 6.294 kasus baru terkonfirmasi dengan DKI Jakarta melaporkan peningkatan kasus terbanyak yaitu 2.396 pasien, menurut data yang dihimpun Satuan Tugas Penanganan COVID-19.
Data yang diterima di Jakarta, Kamis, memperlihatkan juga penambahan pasien sembuh 4.223 orang dan 37 orang meninggal dunia. Total kasus COVID-19 di Indonesia sejak 2020 mencapai 6.544.201 orang, dengan 6.339.381 orang telah pulih dan 158.989 meninggal dunia.
Terdapat 45.831 kasus aktif atau pasien COVID-19 yang menjalani perawatan dan isolasi setelah terinfeksi penyakit itu. Jumlah itu memperlihatkan kenaikan 2.071 kasus aktif dibandingkan Rabu (9/11).
Satgas juga melaporkan 5.860 orang yang masuk dalam kategori suspek.
Penambahan kasus dilaporkan setelah dilakukan pengujian 63.869 spesimen dari 29.481 orang di seluruh jejaring laboratorium di Tanah Air.
Dari hasil tersebut didapati tingkat positif atau positivity rate nasional untuk kategori spesimen harian adalah 17,32 persen dan kategori orang harian 21,35 persen.
DKI Jakarta menjadi provinsi yang melaporkan penambahan kasus harian terbanyak dengan 2.396 kasus baru. Disusul Jawa Barat dengan 1.013 kasus baru, Jawa Timur 693 kasus baru, Banten 611 kasus baru dan Jawa Tengah 376 kasus baru.
Terkait peningkatan kasus COVID-19 akhir-akhir ini, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa fenomena itu terjadi akibat munculnya tiga subvarian baru.
"Jadi memang sekarang kasusnya naik disebabkan varian baru. Varian baru ada tiga, BA2.75, XBB dan BQ1," kata Menkes Budi di Surabaya pada Rabu (9/11).
Pemeriksaan WGS
Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr Mohammad Syahril menyampaikan pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) terus digencarkan seiring meningkatnya jumlah kasus COVID-19 di dalam negeri.
"Lagi digencarkan pemeriksaan sequencing bagi pasien yang sedang dirawat, baik itu isolasi maupun di ruang ICU," ujar Mohammad Syahril dalam konferensi pers update laporan kasus harian perkembangan kasus COVID-19 yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan, pemeriksaan WGS itu seiring dengan tren peningkatan kasus di dalam negeri yang diduga karena subvarian XBB dan BQ.1 yang mulai mendominasi.
"XBB saat ini tercatat ada 48 kasus tersebar di beberapa provinsi, belum semua provinsi," tuturnya.
Ia mengingatkan, adanya subvarian XBB itu menunjukkan pandemi COVID-19 belum berakhir, masyarakat diminta untuk tetap disiplin protokol kesehatan. Selain itu, juga menyegerakan vaksinasi booster COVID-19 untuk meningkatkan proteksi tubuh.
Ia mengemukakan, pasien COVID-19 subvarian XBB memiliki gejala lebih ringan dibandingkan dengan varian sebelumnya, mayoritas pasien subvarian itu sembuh.
Meski gejala subvarian XBB tak lebih berat dibandingkan varian-varian Corona lainnya, Syahril mengatakan, penularannya cenderung lebih cepat dibandingkan subvarian Omicron sebelumnya.
"XBB termasuk XBB1 memang mutasi dari BA.2 maupun BA.2.75. Transmisinya memang lebih cepat dibandingkan BA.5. Hanya saja seperti halnya BA.4 dan BA.5 sebelumnya, tingkat keparahannya lebih rendah," paparnya.
Syahril menambahkan, pasien COVID-19 subvarian XBB paling banyak ditemui pada usia dewasa dibandingkan dengan pasien usia anak.
"Ada pasien anak, tetapi sedikit jumlahnya," katanya.
Dalam kesempatan itu, Syahril menyampaikan persentase kasus COVID-19, angka kematian, dan keterisian rumah sakit (bed occupancy ratio/BOR) di Indonesia mengalami kenaikan dalam sepekan.
"Sebagai rangkuman sepekan ini, kasus konfirmasi meningkat 47,24 persen. Dari 5.000-an kasus naik menjadi 6.100-an kasus. Angka kematian harian ada 47 (orang), kemarin dalam satu pekan 37 (orang). Dan BOR ada kenaikan sekitar 30 persen," paparnya.*
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kasus COVID-19 RI tambah 6.294 orang, DKI miliki pasien baru terbanyak