Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat di wilayah pesisir mewaspadai pasang air laut semasa fenomena gerhana bulan total pada 8 November 2022.
"Masyarakat yang berada di pesisir atau pinggir laut perlu mewaspadai terjadinya pasang air laut yang lebih tinggi dari pasang normalnya," kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Seismologi Teknik, Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Dr. Muzli, M.Si. saat dihubungi dari Jakarta, Selasa.
"Gelombang pasang merupakan kejadian normal saat bulan purnama," katanya.
Ia menjelaskan bahwa gerhana bulan merupakan peristiwa terhalangnya proyeksi cahaya matahari ke bulan oleh bumi.
"Peristiwa itu merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi matahari, bumi, dan bulan. Ini hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya," katanya.
Ia menambahkan, gerhana bulan total terjadi saat posisi matahari, bumi, dan bulan sejajar. Saat bulan berada di umbra (bayangan inti) bumi, bulan akan terlihat berwarna merah sehingga disebut Blood Moon.
Menurut dia, gerhana bulan total dapat disaksikan di sebagian wilayah Indonesia dan aman disaksikan tanpa memakai kaca mata khusus.
"Gerhana bulan total ini dapat disaksikan jika kondisi cuaca cerah berawan dan aman disaksikan oleh masyarakat dengan mata telanjang, tanpa harus menggunakan kaca mata khusus gerhana," katanya.
Fase awal hingga fase akhir gerhana bulan, menurut dia, akan berlangsung selama 5 jam 57 menit dan 5 detik.
"Sedangkan proses gerhana totalnya, sejak awal fase total, puncak total, hingga akhir fase total akan berlangsung selama 1 jam 25 menit 44 detik," katanya.
Ia menyampaikan, fase puncak gerhana bulan dapat disaksikan di sebagian kecil Kalimantan Tengah, sebagian besar Kalimantan Barat, sebagian besar Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Sumatera Selatan, sebagian Bengkulu, Bangka Belitung, sebagian besar Jambi, sebagian kecil Sumatera Barat, sebagian besar Riau, dan Kepulauan Riau.
Warga bisa mengikuti pengamatan fenomena gerhana bulan melalui Sistem Informasi Observasi Gerhana Indonesia di situs web BMKG.
Baca juga: BMKG: Gerhana Bulan Total dapat disaksikan di Sultra malam ini
Bisa dilihat mata telanjang
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan gerhana bulan total pada 8 November 2022 aman disaksikan dengan mata telanjang.
Seluruh wilayah Indonesia kecuali Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Bengkulu dapat mengamati puncak gerhana bulan total pada pukul 18.00 WIB.
"Masyarakat dapat menyaksikan dengan mata kepala, tanpa alat khusus, tidak seperti gerhana matahari yang menggunakan filter," kata peneliti Pusat Riset Antariksa Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN Andi Pangerang saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Gerhana bulan total tersebut berlangsung dengan durasi total selama satu jam 24 menit 58 detik dan durasi umbral (sebagian+total) selama tiga jam 39 menit 50 detik.
Andi menuturkan gerhana bulan total berbeda dengan gerhana matahari total karena bulan hanya masuk ke dalam bayangan inti (umbra) bumi sementara cahaya bulan adalah pantulan dari cahaya matahari yang mengenai permukaan bulan. Sehingga intensitas cahayanya jauh lebih kecil dibandingkan intensitas cahaya matahari.
Oleh sebab itu, ia mengatakan gerhana bulan total aman dilihat langsung tanpa bantuan alat khusus.
Jika ingin mengabadikan fenomena astronomis tersebut, masyarakat dapat menggunakan kamera ponsel, kamera DSLR atau dapat memakai teleskop yang terhubung dengan kamera CCD dan laptop/PC.
Gerhana bulan total pada 8 November 2022 secara fisik sama seperti gerhana bulan total pada 16 Mei 2022. Bahkan durasi totalnya hampir sama antara kedua gerhana tersebut, meskipun durasi parsialnya lebih lama. Akan tetapi, masing-masing gerhana bulan total tersebut mempunyai karakteristik siklus Saros yang berbeda.
Gerhana bulan total pada 8 November 2022 mempunyai durasi total selama satu jam 24 menit 58 detik dan durasi parsialnya selama tiga jam 39 menit 50 detik.
Gerhana tersebut termasuk ke dalam gerhana ke-20 dari 72 gerhana dalam Seri Saros 136 (1680-2960). Pada fenomena gerhana tersebut, posisi bulan berada di bagian selatan umbra bumi.
Gerhana bulan total pada 16 Mei 2022 memiliki durasi total yakni satu jam 24 menit 53 detik, sedangkan durasi parsialnya selama tiga jam 27 menit 14 detik.
Gerhana itu termasuk ke dalam gerhana ke-34 dari 72 gerhana dalam Seri Saros 131. Pada saat itu, posisi bulan berada di bagian utara umbra bumi.
Selain itu, gerhana bulan total pada 16 Mei 2022 memiliki jalur gerhana dari Tenggara hingga Barat Laut, sedangkan gerhana bulan total yang terjadi pada 8 November 2022 mempunyai jalur dari Timur Laut hingga Barat Daya.
Sama seperti saat bulan purnama biasa, gerhana bulan total menyebabkan kenaikan air laut semakin tinggi karena posisi matahari, bulan, dan bumi yang segaris.
Selain itu, bintang yang selama ini cukup redup ketika purnama dapat disaksikan dengan kondisi lebih terang karena saat gerhana, bulan menjadi redup.
Andi mengatakan tidak ada kaitan gerhana bulan dengan gempa, erupsi vulkanik maupun tsunami karena fenomena-fenomena tersebut adalah murni seismik atau aktivitas kegempaan dari lempeng tektonik, sementara gerhana bulan adalah fenomena yang murni astronomis karena hanya dipengaruhi oleh pergerakan benda-benda langit dan tidak dapat memengaruhi seismik.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BMKG: Waspadai pasang air laut semasa gerhana bulan total