Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan Program Keluarga Berencana (KB) bukan untuk menghentikan kehamilan, melainkan untuk menjaga kesehatan ibu dan anak.
“Alat kontrasepsi bukan alat untuk menjadikan tidak punya anak. Tapi menjadikan kesehatan reproduksi sehat, terjaga dan panjang umur juga keluarga berkualitas,” kata Deputi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Eni Gustina dalam Peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
Eni menuturkan di dalam membangun sebuah negara, Indonesia tidak bisa hanya berfokus pada keseimbangan pertumbuhan penduduk. Melainkan harus meningkatkan pula kualitas sumber daya manusianya dengan mengentaskan permasalahan kekerdilan (stunting).
Salah satu caranya adalah dengan penggunaan alat kontrasepsi yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan setiap perempuan, untuk terhindar dari penyakit yang berhubungan dengan masalah reproduksi seperti kanker serviks. Hal itu dapat berdampak pada berkurangnya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
Selain itu, alat kontrasepsi membantu keluarga merencanakan setiap kehamilan dengan lebih sehat, karena adanya pemberian jarak antar kehamilan dan kelahiran setiap anak. Alhasil, ibu dapat beristirahat dan fokus mengembalikan kesehatan juga memberikan ASI eksklusif yang optimal pada bayi.
Menurut Eni, salah satu penyebab kematian ibu di Indonesia adalah terjadinya pendarahan saat melahirkan. Kekurangan darah saat hamil, dapat mempengaruhi pembentukan awal plasenta yang tertanam dalam rahim seorang perempuan.
“Kalau darahnya kurang, otomatis dia akan membuat kompensasi akar-akar dari plasenta itu melekat lebih banyak ke dalam rahimnya. Sehingga pada waktu kelahiran terjadinya pendarahan lebih tinggi. Makanya dengan kontrasepsi kita bisa menjaga kehamilan, mempersiapkan setiap kehamilan dengan kehamilan yang sehat,” katanya.
Menanggapi upaya yang telah dilakukan, Eni menjelaskan bahwa BKKBN terus melakukan edukasi dan sosialisasi terkait program KB dengan mengikuti gaya anak muda seperti melalui podcast dan webinar-webinar kesehatan. Semua ilmu KB digencarkan serempak secara nasional.
Ia menambahkan pada tahun 2022, BKKBN bekerja sama dengan TNI menargetkan pemasangan KB di seluruh Indonesia naik 2,8 juta lebih. Target yang ditentukan, juga telah melalui penghitungan dan disesuaikan dengan kebutuhan di masing-masing provinsi.
“Yakni, naik dua juta 836 ribu lebih sekian. Target kita dalam setahun 36 juta, target untuk pemasangan KB di tiap provinsi sudah kita hitung. Mudah-mudahan bisa tercapai targetnya karena kita tinggal tiga bulan lagi akhir 2022, kita harus mengejar kekurangannya,” kata Eni.*
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan kebebasan memilih alat kontrasepsi bagi Pasangan Usia Subur (PUS) tetap disesuaikan berdasarkan hasil skrining kesehatan dan syarat yang berlaku.
“Ibu yang habis melahirkan bisa memilih kontrasepsi jangka panjang atau pendek, tentunya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Sudah ada alur pelayanan KB setelah diedukasi,” kata Deputi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Eni Gustina dalam Peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
Eni menyatakan BKKBN terus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan teknologi untuk memberikan hasil yang terbaik bagi kenyamanan keluarga, dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Alat kontrasepsi yang ada telah tersedia dalam jenis yang lebih banyak dan berkualitas baik.
Beberapa alat kontrasepsi itu terdiri dari suntikan, implan, IUD, pil hingga kondom. Pemasangannya pun masing-masing dapat dilakukan tiga bulan sekali maupun sebulan sekali. Peningkatan jenis dan mutu KB merupakan upaya untuk meningkatkan minat ibu langsung memasang kontrasepsi setelah melahirkan.
Setiap ibu memiliki kebebasan untuk memilih alat kontrasepsi yang ingin digunakan. Namun, Eni menegaskan semua harus tetap melihat kondisi kesehatan ibu untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti alergi.
Selama ibu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, Eni menjelaskan bahwa tenaga kesehatan akan melakukan skrining kesehatan sambil mengedukasi manfaat KB dan jenis KB yang dipilih. Semua hal seperti tata laksana pemakaian, efek samping hingga cara menyembuhkannya pun akan diberikan sebagai bentuk pemenuhan 12 hak reproduksi bagi perempuan.
“Setelah diedukasi kontrasepsi apa sesuai kebutuhan, lalu diskrining sesuai kesehatannya. Jadi kalau misalnya punya penyakit tertentu, tidak boleh pakai kontrasepsi hormonal. Kita edukasi yang tidak hormonal tapi tetap berdasarkan pilihan alat kontrasepsinya,” katanya.
Dalam kesempatan itu Eni turut mengingatkan saat ingin memakai KB, setiap perempuan harus memperhatikan berat badannya. Sebab berat badan akan mempengaruhi efektivitas yang ditimbulkan oleh alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
“Alat kontrasepsi itu diciptakan berdasarkan rata-rata berat badan. Jadi kalau terlalu berat sekali, hormon yang dikeluarkan dari alat kontrasepsi sudah tidak bisa menjaga untuk dia tidak akan hamil,” kata Eni.
Skrining Kesehatan
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan kebebasan memilih alat kontrasepsi bagi Pasangan Usia Subur (PUS) tetap disesuaikan berdasarkan hasil skrining kesehatan dan syarat yang berlaku.
“Ibu yang habis melahirkan bisa memilih kontrasepsi jangka panjang atau pendek, tentunya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Sudah ada alur pelayanan KB setelah diedukasi,” kata Deputi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Eni Gustina dalam Peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
Eni menyatakan BKKBN terus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan teknologi untuk memberikan hasil yang terbaik bagi kenyamanan keluarga, dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Alat kontrasepsi yang ada telah tersedia dalam jenis yang lebih banyak dan berkualitas baik.
Beberapa alat kontrasepsi itu terdiri dari suntikan, implan, IUD, pil hingga kondom. Pemasangannya pun masing-masing dapat dilakukan tiga bulan sekali maupun sebulan sekali. Peningkatan jenis dan mutu KB merupakan upaya untuk meningkatkan minat ibu langsung memasang kontrasepsi setelah melahirkan.
Setiap ibu memiliki kebebasan untuk memilih alat kontrasepsi yang ingin digunakan. Namun, Eni menegaskan semua harus tetap melihat kondisi kesehatan ibu untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti alergi.
Selama ibu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, Eni menjelaskan bahwa tenaga kesehatan akan melakukan skrining kesehatan sambil mengedukasi manfaat KB dan jenis KB yang dipilih. Semua hal seperti tata laksana pemakaian, efek samping hingga cara menyembuhkannya pun akan diberikan sebagai bentuk pemenuhan 12 hak reproduksi bagi perempuan.
“Setelah diedukasi kontrasepsi apa sesuai kebutuhan, lalu diskrining sesuai kesehatannya. Jadi kalau misalnya punya penyakit tertentu, tidak boleh pakai kontrasepsi hormonal. Kita edukasi yang tidak hormonal tapi tetap berdasarkan pilihan alat kontrasepsinya,” katanya.
Dalam kesempatan itu Eni turut mengingatkan saat ingin memakai KB, setiap perempuan harus memperhatikan berat badannya. Sebab berat badan akan mempengaruhi efektivitas yang ditimbulkan oleh alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
“Alat kontrasepsi itu diciptakan berdasarkan rata-rata berat badan. Jadi kalau terlalu berat sekali, hormon yang dikeluarkan dari alat kontrasepsi sudah tidak bisa menjaga untuk dia tidak akan hamil,” kata Eni.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BKKBN: KB bukan hentikan kehamilan tapi menjaga kesehatan ibu