Baubau (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Sulawesi Tenggara (Sultra), menggelar Orientasi Pemanfaatan aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil) dan Google Form pada proses Indentifikasi kasus Stunting di Kota Baubau, Jumat.
Kegiatan ini dibuka oleh Wali Kota Baubau, Laode Monianse, dan dihadiri langsung oleh Prof. drh. Muhammad Rizal Martua Damanik, MRepSc, PhD yang merupakan Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN Pusat, Kepala BKKBN Sultra, Asmar, Kepala OPD terkait.
Wali Kota Baubau mengatakan, mengapresiasi kegiatan itu karena aplikasi Elsimil ini memberikan edukasi kepada masyarakat tentang upaya menekan stunting.
"Stunting ini menjadi ancaman bangsa, di Baubau ini setiap 100 anak lahir ada sekitar 27 orang stunting, hal ini jangan kita biarkan akan menjadi dosa bagi generasi kita. Jangan kita mewariskan generasi lemah kepada bangsa ini," katanya.
Merupakan kebanggaan kata Wali Kota, saat bicara stunting ada bantuan dengan hadirnya organisasi Juang Kencana yang merupakan pensiunan yang pernah berkecimpung di BKKBN atau penyuluh KB.
"Karena mestinya mereka sudah beristirahat, terapi negara masih membutuhkan tenaga mereka untuk menekan stunting karena merupakan musuh bersama," katanya.
Berbicara Stunting kata Wali Kota, bukan hanya tugas BKKBN dan Dinas Kesehatan, tetapi semua pihak atau sektor harus bergandengan tangan, berkolaborasi siapa bekerja apa guna menekan angka stunting.
Sementara itu, Deputi BKKBN Muh Rizal mengatakan, dalam era saat ini maka cara komunikasi terhadap masyarakat keluarga menggunakan bahasa kekinian sehingga maksud dan tujuan dari BKKBN itu bisa dengan mudah diterima oleh publik.
Deputi juga menyampaikan bahwa Indonesia lagi hadapi masalah besar yakni stunting dimana angkanya 24,4 persen artinya dari 100 orang ibu yang melahirkan sudah dalam kondisi stunting 24 orang.
"Stunting terjadi mulai pada proses pembuatan antara sel telur dan sel sperma," katanya.
Dijelaskan, Stunting itu adalah gagal tumbuh dan kembang karena kekurangan gizi pada anak, yang seharusnya tulang tangkai panjangnya 70 cm tapi gagal hanya tumbuh 40 cm akibat kekurangan gizi, akibatnya anak stunting itu pendek.
“Makanya dibilang itu stunting pasti pendek, tapi pendek belum tentu stunting.
Tapi gangguan tumbuh kembang itu tidak hanya menyerang tulang tangkai kaki, tetapi mengganggu secara keseluruhan organ tubuh kita, karena stunting prosesnya mulai terjadi pada saat sel telur dibuahi oleh sel sperma.
Bahkan kata Deputi, juga mengganggu pertumbuhan sel otak, menyebabkan anak hidup dengan segala kekurangan pada otak yang kurang cepat memahami sesuatu atau orang kurang berkembang.
Kegiatan ini dirangkaikan dengan pelantikan atau pengukuhan pengurus Juang Kencana Kota Baubau oleh Deputi BKKBN Pusat yang disaksikan oleh Wali Kota Baubau dan Kepala Perwakilan BKKBN Sultra.