Kendari (ANTARA) - Sebanyak 100 guru dari Sekolah Menengah umum dan Sekolah Kejuruan (SMU/SMK) di Kota Kendari mengikuti sosialisasi benda-benda budaya dan sejarah lokal yang diselenggarakan UPTD Museum dan Taman Budaya Provinsi Sulawesi Tenggara, di Kendari, Selasa.
Para guru SMU/SMK yang umumnya membidangi mata pelajaran ilmu budaya dan sejarah mengaku mengapresiasi kegiatan sosialisasi itu dengan mendapat materi dan ilmu pengetahuan dari pakar dan praktisi sejarah dari Perguruan Tinggi Negeri di Kota ini.
"Kegiatan sosialisasi ini sangat bermanfaat bagi kami sekaligus sebagai aset penting yang nantinya bisa kami teruskan kepada siswa-siswi di sekolah," kata Lisa Iskandar, SPd guru SMU Negeri I Kendari.
Ia mengatakan, kelanjutan dari kegiatan sosialisasi ini bisa menjalin kemitraan dan bekerja sama antara pihak sekolah dengan UPTD Museum dan Taman Budaya terkait pelestarian benda-benda budaya dan sejarah lokal yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara.
Kegiatan sosialisasi benda-benda budaya dan sejarah lokal tahun 2022 dibuka Kepala UPTD Museum dan Taman Budaya Sultra, Laudin S.Sos, M.Hum mewakili Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sultra dengan melibatkan dua nara sumber masing-masing Dr.Basrin Melamba,MA dosen sejarah dari Universitas Haluoleo (UHO) Kendari dan Eny Sinda Koti, S.S, M.Hum dari staf UPTD Museum Provinsi Sultra.
Sebelumnya, Kepala UPTD Museum dan Taman Budaya Sultra, Laudin mengatakan upaya pelestarian benda-benda budaya dan sejarah lokal sebagai peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia sangat penting dilakukan. Hal itu dinilai sebagai salah satu upaya untuk menjaga dan mempertahankan jati diri bangsa.
Ia mengharapkan para tenaga pendidik yang ikut dalam sosialisasi, dapat memanfaatkan kesempatan itu untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang pelestarian benda-benda budaya dan sejarah lokal dan pemanfataannya.
"Selanjutnya, pengetahuan yang didapat dalam sosialisasi ini bisa disampaikan pada sesama guru, murid dan masyarakat luas. Benda-benda budaya merupakan kekayaan bangsa yang penting bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Sehingga keberadaannya perlu dilindungi dan dilestarikan,” kata Laudin.
Kegiatan sosialisasi yang berlangsung selama tiga hari (7-9 Juni 2022), juga diharapkan akan melahirkan satu pemahaman serta kebijakan dalam mempertahankan kelestarian budaya lokal yang ada di "Bumi Anoa" Sulawesi Tenggara.