Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis rehabilitasi medik dari Rumah Sakit Kanker Dharmais dr Fenny Lovitha Dewi SpKFR mengatakan perilaku hidup sehat dapat mengurangi risiko limfedema atau pembengkakan pada pasien kanker payudara.
“Limfedema merupakan kondisi kronis, yang mana terjadi akumulasi cairan tinggi protein pada jaringan yang disebabkan oleh gangguan fungsi pembuluh limfatik yang menghambat drainase sistem limfatik,” ujar Fenny dalam keterangan tertulis Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) di Jakarta, Ahad.
Sistem limfatik sendiri adalah sistem yang terdiri dari jaringan, pembuluh dan organ yang bekerja sama untuk mengalirkan cairan tinggi protein atau getah bening kembali ke sirkulasi darah. Limfedema kerap dialami oleh pasien kanker, tidak hanya kanker payudara tetapi juga kanker ginekologi dan kanker prostat.
“Gejala dari limfedema sendiri seperti pakaian atau perhiasan terasa lebih ketat, perasaan berat, tegang dan penuh atau kaku, pembengkakan, nyeri, keterbatasan gerak dan fleksibilitas, dan kelemahan anggota gerak. Perilaku hidup sehat, latihan fisik teratur dapat kurangi risiko limfedema,” terang dia.
Selain limfedema, pasien kanker payudara juga mengalami nyeri. Sebanyak 66 persen pasien kanker mengalami nyeri yang dapat menurunkan kualitas hidup. Nyeri merupakan bagian dari penanganan kanker, nyeri dapat diatasi jika dikomunikasikan dan didiskusikan dengan tenaga medis.
Ketua Umum YKPI, Linda Agum Gumelar, mengatakan masalah limfedema dan nyeri kerap dialami oleh para penyintas kanker payudara. Oleh karenanya pihaknya menyelenggarakan webinar yang bertujuan untuk memberikan edukasi dan motivasi bagi para penyintas kanker payudara.
“Kami berharap melalui webinar ini dapat memberikan pencerahan bagi para penyintas kanker payudara di Tanah Air,” harap Linda.***3***