Kendari (ANTARA) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menyatakan program rehabilitasi tanaman mangrove yang sudah mulai dilakukan pada sejumlah wilayah provinsi adalah inisiatif dan dukungan besar dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) bersama pihaknya.
"Program penanaman mangrove selama ini sangat terbantu dengan menggandeng rekan-rekan jurnalis, karena mereka sangat paham bagaimana mengampanyekan lingkungan, termasuk memberi edukasi kepada masyarakat," katanya di Kendari Jumat .
Menteri LHK mengunjungi kawasan penanaman mangrove di kawasan Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara yang pencanangannya akan dilakukan Presiden Joko Widodo pada puncak Hari Pers Nasional (HPN) pada 9 Februari 2022.
Pada peninjauan lokasi , ia bersama sejumlah pejabat melihat langsung kesiapan lapangan bersama Ketua PWI Pusat Atas S Depari bersama panitia HPN.
"Saya lihat kesiapan lokasi penanaman mangrove sudah sangat layak, dan menunggu kesiapan Presiden bersama pejabat kementerian lainnya untuk melakukan penanaman pada puncak HPN nanti," katanya.
Kawasan penanaman mangrove di Teluk Kendari dipilih pihak Balai Pengelola Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Sampara Kementerian LHK karena kawasan itu berada dalam wilayah konservasi yang mangrovenya harus terjaga dan terus dilestarikan.
Menurut Men-LHK ekosistem mangrove memiliki fungsi sangat penting karena berperan sebagai sabuk hijau bagi area pesisir dan sebagai ekosistem dengan simpanan karbon terbesar.
"Saya yakin, akan menjadi perhatian Presiden Jokowi bila Gubernur Sultra dan Wali Kota Kendari melaporkan terkait pengembangan mangrove, yang bukan saja di kawasan Teluk Kendari tetapi juga di beberapa daerah pesisir yang kondisinya mungkin sudah rusak untuk dihutankan kembali," kata Siti Nurbaya.
Sebelumnya, Men-LHK, pada hari yang sama juga mengunjungi Kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) di Kabupaten Konawe Selatan-Bombana, sebagai lokasi tempat pelepasliaran satwa endemik Anoa oleh bapak Presiden pada puncak HPN.
Kawasan TNRAW yang berjarak sekitar 130 Km dari arah Selatan Kota Kendari, dari pihak Balai TNRAW telah menyediakan areal seluas 156 hektare sebagai kawasan konservasi pengembangbiakan satwa endemik khas Sulawesi itu.