Jakarta (ANTARA) - Seorang warga Dusun One Satonda Timur, Desa Pulo Madu Kecamatan Pasilambena, Kabupaten Kepulauan Selayar yang menjadi korban gempabumi magnitudo 7,4 meninggal setelah mendapatkan perawatan intensif selama delapan hari di ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kyai Haji Hayyung, Kepulauan Selayar, Kamis.
Sebelumnya, korban berusia 65 tahun itu ditemukan dalam kondisi tersadar dan mengalami luka di bagian kepala akibat tertimpa reruntuhan bangunan yang terdampak gempabumi pada Selasa (14/12).
"Korban sempat dievakuasi ke tempat pengungsian darurat, namun mengingat kondisi korban terluka cukup parah, maka kemudian dievakuasi menggunakan kapal motor jolloro KM Fajar menuju ke RSUD KH. Hayyung yang berada di Ibu Kota Selayar," ujar Pelaksana tugas Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis.
Abdul mengatakan setelah korban dinyatakan meninggal, kemudian dimakamkan di TPU Bonea. Proses pemakaman itu dihadiri oleh Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Selayar H. Saiful Arif, Kasdim 1415/Selayar Mayor Inf. Abd. Rasyid, Kabag SDM Polres Selayar Kompol Nur Alam, Kasat POL PP Saparuddin dan jajaran terkait.
Sementara itu, berdasarkan laporan per Kamis (23/12), gempabumi M 7,4 yang berpusat di 7.59 LS dan 122.24 BT itu telah membuat Kecamatan Pasimarannu dan Kecamatan Pasilambena di Kabupaten Kepulauan Selayar menjadi wilayah yang terdampak paling parah.
BPBD Kabupaten Kepulauan Selayar mencatat di Kecamatan Passimarannu terdapak sebanyak 203 rumah rusak berat, 565 rumah rusak ringan, 12 bangunan pemerintah rusak, kemudian warga yang mengalami luka berat ada sebanyak 60 orang, 3 ibu hamil dan 1 sudah bersalin di pengungsian.
Sementara itu masih ada sebanyak 10.188 orang yang mengungsi di 43 titik pengungsian.
Data dari Kecamatan Pasilambena ada sebanyak 154 rumah rusak berat, 235 rumah rusak ringan dan 12 bangunan pemerintah rusak. Kemudian 59 warga mengalami luka berat, 54 warga luka ringan, 3 ibu hamil dan 1 sudah melahirkan. Selanjutnya ada 6.405 warga yang masih mengungsi di 61 titik pengungsian.
Sebagian besar warga memilih mengungsi karena masih trauma gempabumi susulan dan ingatan mereka tentang peristiwa gempabumi dan tsunami yang terjadi pada 12 Desember 1992 yang menewaskan 2.500 jiwa. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemkab Kabupaten Selayar telah menerjunkan tim "trauma healing" untuk mendampingi para warga yang masih mengalami trauma di titik lokasi pengungsian.