Jakarta (ANTARA) - Orang tua atau pengasuh memiliki peran penting dalam mengenali gejala dan cara menangani dehidrasi pada anak, kata dokter spesialis anak dr. Himawan Aulia Rahman, Sp.A kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
“Pengasuh harus mengenali tanda-tanda dehidrasi supaya bisa mencegahnya, jangan sampai dehidrasi terjadi,” ujarnya.
Himawan mencontohkan kehilangan cairan dapat terjadi ketika anak mengalami demam. Pada kenaikan 1 derajat celcius saat demam, anak membutuhkan tambahan cairan sebesar 12,5 persen dari kondisi normal. Demam menyebabkan air keluar dari tubuhnya melalui kulit dan menimbulkan risiko dehidrasi.
Pada saat itu, anak cenderung tidak mau makan ataupun minum. Hal ini akan menyulitkan penanganan yang dilakukan orangtua saat di rumah.
Oleh sebab itu, orangtua perlu mengantisipasi kondisi terburuk dengan cara menilai dan mengetahui derajat dehidrasi secara umum pada anak.
“Derajat dehidrasi itu ada tiga. Ada yang ringan, sedang, dan berat,” tutur Himawan.
Pada dehidrasi ringan, cairan berkurang sebesar 3-5 persen dari kondisi semula. Himawan mengatakan biasanya dehidrasi ringan belum mengganggu sirkulasi peredaran darah, namun tanda-tanda awalnya sudah mulai terlihat.
“Pertama, permukaan mukosa atau permukaan lapisan mulut bagian dalam agak kering. Kedua, anak biasanya mulai haus dan minta banyak minum, itu merupakan kompensasi dari tubuh si anak,” jelas dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) itu.
Sementara pada dehidrasi sedang, kekurangan cairan sebesar 6-9 persen dan sudah ada gangguan sirkulasi atau peredaran darah ditandai dengan peningkatan denyut nadi.
“Saat dehidrasi sedang, anak lebih rewel. Selain itu, matanya mulai terlihat cekung. Kalau dehidrasi yang ringan, mungkin matanya tidak terlihat cekung,”
Pada dehidrasi berat, cairan berkurang 10 persen atau lebih. Kondisi ini umumnya sudah mengganggu sirkulasi. Tangan dan kaki terasa dingin, denyut nadi lebih cepat, dan bisa saja kesadaran akan menurun.
“Kemudian, kalau ubun-ubun kepalanya masih terbuka akan terlihat sangat cekung, matanya sangat cekung, serta kencingnya bahkan tidak keluar,”
Himawan mengatakan orangtua juga patut curiga jika frekuensi buang air kecil pada anak tidak seperti biasanya. Pada bayi, setidaknya 3 jam sekali sudah harus mengganti popok. Sementara pada anak yang lebih besar, sekurang-kurangnya 6 jam sekali.
Ia juga mengungkapkan prinsip utama dalam penanganan dehidrasi adalah harus mengganti cairan yang sudah hilang. Himawan menyarankan agar orangtua atau pengasuh berkonsultasi dengan dokter anak terdekat apabila anak mengalami dehidrasi.
“Penggantian cairan itu bisa beberapa macam. Pada anak yang masih mau minum, kita bisa mengganti cairan lewat mulut dengan cairan oralit. Tapi pada kasus anak-anak yang tidak mau minum dan muntahnya sangat banyak, tentu perlu perawatan di rumah sakit dan mengganti cairan yang hilang lewat cairan infus,” terang Himawan.