Baubau (ANTARA) - Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mendorong Pelabuhan Murhum Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, menjadi pendukung perkembangan aspal Buton, menyusul tingginya aktifitas di pelabuhan tersebut.
Penilaian itu disampaikan LaNyalla saat meninjau Pelabuhan Murhum, Jumat (18/6). LaNyalla menyaksikan langsung perkembangan dan potensi pelabuhan peninggalan Belanda yang menjadi penghubung kawasan Barat dan Timur Indonesia itu.
LaNyalla hadir bersama Ketua Komite III DPD RI Slyviana Murni, senator asal Sultra Amirul Tamim dan Andi Nirwana serta Walikota Baubau AS Tamrin.
Rombongan DPD RI disambut Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas I Baubau, Kapten Dahlan.
Menurut LaNyalla, Pelabuhan Baubau memiliki aktivitas yang sangat tinggi dan terus mengalami peningkatan volume kegiatan bongkar-muat penumpang maupun hewan dalam setiap tahunnya. Kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Baubau tahun 2021 berjumlah 76.358 ton dengan jumlah kunjungan kapal sebanyak 20 unit.
“Meskipun pandemi melanda pelabuhan ini mengalami kenaikan sebesar 0,6 persen atau sebesar 21.477 ton. Ini cukup baik,” ungkap LaNyalla.
Senator asal Jawa Timur itu mengatakan, tingginya aktifitas di Pelabuhan Baubau menunjukkan tingginya kegiatan ekonomi di wilayah tersebut. Ia berharap aktivitas ekonomi yang tinggi akan memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
“Dengan begitu diharapkan kesejahteraan masyarakat akan terus meningkat seiring dengan aktivitas ekonomi yang tidak terganggu oleh wabah Covid-19,” tuturnya.
LaNyalla pun mendorong agar Pelabuhan Baubau bisa menjadi sarana penunjang terhadap kemajuan aspal Buton, yang berpotensi bisa memenuhi kebutuhan aspal nasional. Untuk itu, ia meminta pemerintah meningkatkan infrastruktur di Pelabuhan Baubau.
“Dengan infrastruktur yang memadai, Pelabuhan Murhum Baubau bisa menunjang konektivitas distribusi aspal Buton, yang sedang kita dorong menggantikan aspal minyak seperti yang masih digunakan pemerintah hingga saat ini,” kata LaNyalla.
LaNyalla pun telah menyuarakan agar pemerintah membangun Pabrik Ekstraksi Aspal Buton sehingga kebutuhan aspal nasional bisa di-support dari dalam negeri. Dengan begitu, pemerintah tidak perlu lagi melakukan impor aspal minyak.
“Perlu diingat, saat ini aspal Buton memiliki cadangan sebanyak 694 juta ton dengan kadar bitumen 15-35% yang diprediksi bisa melayani aspal nasional untuk menyuplai pembangunan jalan nasional selama 330 tahun dengan asumsi kebutuhan aspal nasional sebesar 2 juta ton per tahun,” jelasnya.
Saat ini kebutuhan aspal nasional adalah 1,5 juta ton di mana Indonesia masih harus memenuhi kebutuhan aspal melalui impor aspal minyak sebanyak 1 juta ton per tahun. Aspal Buton dinilai bisa menjadi ‘Tuan Rumah di Negeri Sendiri’ apabila dioptimalkan dengan baik.
“Agar aspal Buton bisa menggantikan aspal minyak impor, perlu terlebih dahulu menjadi aspal Buton ‘full’ ekstrasi sehingga saya mendorong pemerintah membangun Pabrik Ekstraksi Aspal Buton melalui berbagai teknologi yang handal dan ekonomis,” sebut LaNyalla.
Untuk itu, LaNyalla meminta komitmen pemerintah memajukan potensi aspal Buton. Dengan begitu, aspal Buton bisa menyuplai kebutuhan aspal nasional, setidaknya untuk wilayah Indonesia Timur sehingga bisa mengurangi cost pembangunan.