Kendari (ANTARA) - Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) senantiasa mendorong pembelajaran moderasi beragama sebagai salah satu terobosan deradikalisasi bagi generasi muda yang ada di daerah itu.
"Inovasi pembelajaran moderasi beragama melalui media kreatif merupakan terobosan memperkuat pendidikan deradikalisasi bagi generasi penerus bangsa," kata Kakanwil Kemenag Sultra, Fesal Musaad saat membuka Seminar Nasional Hasil Penelitian Inovasi Pembelajaran Moderasi Beragama melalui Media Kreatif di Kawasan Indonesia Timur di Kendari, Rabu.
Dikatakan, penelitian itu merupakan terobosan membangan mutu pendidikan bagi pelajar dan mahasiswa yang menjadi sasaran empuk serbuan ideologi dunia, dengan inovasi pembelajaran moderasi diharapkan dapat menghadirkan transformasi pembelajaran sekaligus memperkuat pendidikan deradikalisasi.
“Saat ini sasaran empuk radikalisme adalah para pelajar dan mahasiswa. Radikalisme, intoleransi dan terorisme adalah serbuan ideology dunia yang bertentangan dengan ideology Indonesia, kita ini negeri yang gotong royong ada pancasila pagar keberagaman, namun serangan ideology ini tidak bisa hindarkan karena kita hidup di dunia tanpa batas karena ledakan informasi," kata Fesal.
Kakanwil juga menyampaikan bahwa pendekatan memerangi paham radikalisme intoleransi dan radikalisme melalui hard approach dan soft approach, dan saat ini Kementerian Agama berada pada pendekatan soft approach yang disebut dengan pendidikan deradikalisasi salah satunya moderasi beragama yang dampaknya lebih dahsyat.
“Mari kita perkuat moderasi beragama, hari ini merupakan terobosan yang luar biasa, kita perkuat soft approach karena menurut Malala Yousafzai gadis penerima nobel perdamaian dunia ‘with guns u can kill terrorist, with education u can kill terrorism. Dengan pendidikan anda bisa membunuh ideology teroris, makanya jalur pendidikan ini harus kita perkuat untuk membunuh ideology teroris mari kita selamatkan anak-anak penerus bangsa yang merupakan jembatan emas agar mereka menjadi sosok yang IHSAN (Integritas, Humanisme, Spiritualitas, Adaptasi, dan Nasionalisme),” tutur Fesal.
Fesal Musaad juga berharap hasil penelitian ini harus dititik beratkan pada tiga aspek yakni penguatan literasi beragama, bagaimana membangun keterbukaan wawasan bukan hanya bagi siswa tapi juga bagi guru. Kemudian budaya toleransi, anak-anak diajar menghargai perbedaan karena sejatinya manusia ditakdirkan berbeda serta membangun nilai-nilai kebangsaan melalui media inovasi pembelajaran hasil penelitian.
“Saya harapkan hasil ini menjadi role model tidak hanya di Indonesia timur tapi nasional sehingga kita bisa melahirkan insan Indonesia yang cerdas, kompetitif dan berwawasan moderat,” kata Fesal.
Sebelumnya, Kepala Balai Libang Keagamaan Makassar, Saprullah, mengatakan konsep moderasi beragama yang dibangun negara merupakan ajakan untuk bertindak dan berfikir dengan cara yang moderat, yaitu kontekstual, adil, akulturatif dan dialogis serta damai.
Dirinya memaparkan dialog itu menjadi kata kunci Islam dikenali di Indonesia dan Core yang dilakukan peneliti Litbang kali ini adalah tentang pendidikan karena belum ada mata pelajaran moderasi beragama di sekolah makanya riset kita mencoba menggali modal praktek moderasi beragama dari subyek mata pelajaran seperti sejarah, aqidah akhlak dan lain sebagainya untuk menjadi modal akademis dan rekomendasi memperkaya arah kebijakan Kementerian Agama soal moderasi beragama.
“Jangan sampai kata moderasi hanya beredar di kalangan elite Kementerian Agama saja tidak turun ke bawah. Yang kita inginkan konsep ini masuk ke ruang public yang lebih luas dan merasa ini menjadi milik bersama,” katanya.
Kegiatan ini dirangkai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Kanwil Kemenag Prov. Sultra dengan Balitbang Keagamaan Makassar terkait Pemetaan Umat Beragama dan Indeks Kerukunan.
Turut hadir Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Sultra, Muh. Saleh, Kasubag Tata Usaha Balitbang Keagamaan Makassar, Andi Isra.