Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore berakhir melemah di tengah penguatan mata uang regional.
Rupiah ditutup melemah 15 poin atau 0,11 persen menjadi Rp13.887 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya pada Senin sebesar Rp13.872 per dolar AS.
"Kondisi global akibat virus corona yang terus tak tentu arah, maka permintaan terhadap produk Indonesia pun bakal berkurang signifikan. Sedangkan dari sisi ekspor, serangan virus corona juga akan dirasakan dari sisi investasi dan pariwisata," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa.
Berdasarkan kajian Bank Indonesia (BI), penurunan devisa akibat penyebaran virus corona dari sisi investasi adalah 0,4 miliar dolar AS dan pariwisata mencapai 1,3 miliar dolar AS sehingga devisa dari ekspor turun.
Guna menanggulangi hal tersebut, maka pemerintah dan Bank Indonesia harus memperkuat stabilitas ekonomi dengan cara melakukan strategi bauran kebijakan baik moneter, fiskal, maupun yang lainnya sehingga bisa meningkatkan kepercayaan pasar terhadap perekonomian dalam negeri.
Selain itu, BI tidak saja menurunkan suku bunga acuan tapi juga menggelontorkan stimulus guna menjaga pertumbuhan ekonomi, agar sesuai dengan target yang diinginkan yaitu 5-5,4 persen.
Hari ini, BI kembali melakukan intervensi di pasar valas dan obligasi di perdagangan domestic non deliverable gorward (DNDF) mengantisipasi kondisi global.
"Intervensi yang dilakukan oleh BI tidak bisa membawa mata uang Garuda menguat, namun apa yang dilakukan oleh bank sentral tersebut sudah memberikan upaya maksimal untuk menahan laju pelemahan mata uang rupiah," kata Ibrahim.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah di posisi Rp13.868 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp13.868 per dolar AS hingga Rp13.907 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp13.893 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp13.863 per dolar AS.