Jakarta (ANTARA) - Ustaz Arifin Ilham menghembuskan nafas terakhir, Rabu (22/5), setelah menderita kanker getah bening. Kanker kelenjar getah bening atau limfoma menyerang sel darah putih yang merupakan sistem kekebalan tubuh.
Serangan terhadap sel darah putih itu dapat menyebar lewat aliran darah atau sistem limfatik dan tumbuh di bagian tubuh, seperti limpa, sumsum tulang belakang, hati dan organ lain.
Kanker yang menyerang getah bening terbagi atas dua yakni Limfoma Hodgkin dan Non Hodgkin dengan perbedaan terletak pada sudut patologinya.
Di Indonesia, angka kejadian Limfoma Hodgkin pada 2012 mencapai 1.168 dengan jumlah kematian sebesar 687. Penderita kanker Limfoma Hodgkin rata-rata berusia 35 tahun, sedangkan Non Hodgkin umumnya berusia 54 tahun.
Data Globocan dari International Agency for Research on Cancer (IARC) memperkirakan akan terjadi peningkatan kasus kanker Limfoma Hodgkin pada 2020 dengan kasus baru sebanyak 1.313 penderita serta angka kematian sebesar 811 kasus.
Apa saja gejala kanker getah bening?
Anda perlu waspada bila ada benjolan di sekitar leher yang disertai demam dan berat badan turun. Benjolan yang ada di leher, ketiak, dan pangkal paha itu biasanya tidak terasa nyeri.
Namun, Anda tidak perlu khawatir bila ada benjolan di leher yang diikuti rasa nyeri. Bisa saja nyeri itu berasal dari peradangan yang memicu pembengkakan pada tubuh.
Gejala lain yang harus diperhatikan adalah penurunan berat badan secara drastis tanpa sebab selama enam bulan.
Gejala lain dari kanker kelenjar getah bening adalah gatal-gatal, lelah berlebihan, mudah berkeringat pada malam hari, kurang energi, kehilangan nafsu makan, batuk berkepanjangan, serta pembesaran limpa alias hati.
Segera periksakan diri pada dokter bila mengalami gejala-gejala tersebut.
Baca juga: Kanker getah bening bisa kambuh, ini penyebabnya
Siapa berisiko?
Dilansir Webmd, risiko terkena kanker limfoma non-Hodgkin lebih besar dialami orang dengan usia di atas 60 tahun. Sedangkan limfoma Hodgkin rentan terjadi pada usia 15-40 tahun atau di atas 55 tahun.
Orang dengan imunitas rendah karena HIV/AIDS atau transplantasi organ punya risiko lebih besar.
Orang yang pernah terkena kanker getah bening juga bisa kambuh lagi akibat penambahan usia yang membuat daya tahan tubuh menurun.
Kanker yang umum ditemukan di Indonesia itu seringkali ditangani dengan kemoterapi dan radiasi. Namun, pencegahan tentu lebih baik daripada mengobati.
Gaya hidup dan pola makan sehat menjadi kunci agar terhindar dari risiko kanker kelenjar getah bening. Biasakan makan hidangan penuh nutrisi dan olahraga rutin setiap hari.
Selain itu, Anda perlu menghindari makanan yang dibakar, gorengan pinggir jalan, serta hidangan yang menggunakan penyedap serta pengawet.
Baca juga: Pesan penyintas untuk hindari kanker kelenjar getah bening
Penerjemah: Nanien Yuniar