Jakarta (ANTARA News) - Penyanyi Anggun C. Sasmi baru-baru ini menuangkan opininya ke dalam sebuah tulisan yang dimuat di laman DW Indonesia. Menariknya topik yang diangkat oleh Anggun mengenai komunisme.
Tulisan panjang yang berjudul "Komunisme dan Emosi yang Bertautan di Indonesia" itu memuat pandangan Anggun C. Sasmi mengenai doktrin komunisme dalam sejarah bangsa Indonesia yang menoreh catatan hitam.
Dalam salah satu bagian tulisan, penyanyi "Snow On Sahara" ini menuliskan pengalaman pertamanya mengenal istilah komunis lewat film "G30SPKI" yang wajib ditontonnya ketika masih duduk di bangku SD. Dalam tulisan itu, Anggun menyebutnya sebagai pengalaman horor.
"Itu adalah film horor pertama yang pernah saya lihat! Ada banyak adegan penyiksaan dan pembunuhan yang sama sekali tidak wajar untuk dilihat oleh anak-anak kecil. Entah mengapa badan sensor di Indonesia yang tugasnya memberi etiket PG Ratings, film 17 tahun keatas, film dewasa dll, memberi pengecualian yang istimewa terhadap film ini," tulis Anggun C. Sasmi seperti dikutip dari DW Indonesia, Rabu.
Tulisan ini pun mendapat banyak respon dari warganet. Bahkan akun media sosial Anggun C. Sasmi juga diramaikan komentar mengenai tulisannya yang membahas opininya tentang komunisme.
Tak sedikit dari komentar warganet itu dibalas oleh Anggun, salah satunya adalah pertanyaan mengenai motivasi Anggun menulis tentang komunisme yang dianggap sensitif bagi sebagian orang di Indonesia.
"Setiap kali saya merasa tergugah dengan sesuatu hal, saya selalu ingin menulis tentang hal itu. Sudah ada tulisan saya tentang LGBT, tentang solidaritas feminin yang keliru juga tentang keberagaman yang tengah rawan di Indonesia," tulis Anggun membalas komentar salah satu warganet di akun Instagram @angguncipta.
"Sebenarnya sudah lama ingin menulis tentang Komunisme, tapi menulis itu butuh waktu dan kadang waktu saya tidak sebanyak yang saya inginkan," ujarnya.
Dalam salah satu balasan komentar Anggun kepada warganet lain, dia juga menerangkan mengenai inti dari tulisannya tersebut yang mengangkat isu komunisme di Indonesia yang dianggapnya perlu adanya pelurusan sejarah kepada masyarakat.
"Inti dalam tulisan ini bukan tentang komunisme itu sendiri tetapi tentang bagaimana reaksi kita sebagai orang Indonesia terhadap sisi hitam di sejarah bangsa. Mungkin kalau saya nggak mencari tau apa sebenarnya komunisme itu, seumur hidup ya pasti saya akan ketakutan," jelas Anggun.