Baubau (Antaranews Sultra) - Masyarakat Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, sejak beberapa tahun terakhir tertarik menyadap getah pinus sebagai salah satu sumber pendapatan bernilai cukup tinggi untuk menafkahi keluarga.
Staf Kantor Kesatuan Pengelola Hutan Produksi Lakompa,La Ode Ali, di Baubau, Jumat, mengatakan warga masyarakat kini mulai banyak tertarik mengelola dan memanfaatkan pohon pinus setelah mengetahui getahnya dapat dijual dengan harga yang lumayan bagus.
"Harga yang dibeli langsung di dalam hutan sebesar Rp4.000 per kilogram," ujar pegawai BP2HP Makassar dengan induk KPHP, KPH di Sultra ini.
Dikatakannya, pohon pinus sebelumnya hanya dimanfaatkan sebagai bahan bangunan rumah dan bahan kebutuhan lainnya. Termasuk, penanaman pohon pinus hanya kategori reboisasi penghijauan, pelindung sumber mata air, tidak difungsikan getahnya.
"Setelah saya mengikuti studi di Pulau Jawa, ternyata getah pohon pinus memiliki banyak kegunaan, misalnya, untuk bahan pembuatan ban mobil, kaca mobil dan kertas," katanya.
Oleh karena itu, penebangan pohon pinus yang sebelumnya hanya dijual kayunya kini sudah dicegah, dan justru harus ditambah.
"Lahan pohon pinus terbesar di Baubau di Kecamatan Sorawolio, sekarang banyak tenaga pengolahan getah pinus," katanya.
Dikatakannya, lahan pohon pinus terbesar di Kota Baubau berada di Kecamatan Sorawolio seluas sekitar 4 ribu hektare, hanya saja Pemkot Baubau tidak memperhatikan manfaat pohon pinus tersebut.
"Hanya sampai hari ini belum diolah karena investornya belum terundang atau terpanggil bahwa di sana ada pohon pinus, padahal manfaatnya sangat luar biasa dan terkenal diseluruh dunia," katanya.
Getah pohon pinus yang mulai diminati masyarakat sejak lima tahun terakhir memiliki dua kali masa panen dalam sebulan atau 15 hari persekali panen.
"Kita berharap, pohon pinus itu tidak ditebang tapi dilestarikan karena sangat bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat untuk mencari nafkah," katanya.