Kendari, Antara Sultra - Tanaman komoditas biofarmaka yang meliputi sejumlah produk rempah-rempah seperti jahe, kunyit, kencur, temulawak, temu ireng, bengkoang dan lengkuas) selama 2017 ini cukup digemari baik pasar lokal, antarpulau maupun ekspor.
Keterangan dari petugas Pengelola Informasi Pasar Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra, Adnan Jaya di Kendari, Senin, mengatakan, permintaan pasar terhadap produk rempah tersebut signifikan seperti jahe ganyong/basah yang pada bulan lalu seharga Rp8.000 per kilogram dan kini naik pada kisaran Rp10.000 per kilogram di tingkat petani produsen.
Begitu pula dengan kunyit segar dan kunyit putih di pasaran seharga Rp8.000 per kilogram kini naik hingga Rp10.000 per kilogram, sedangkan dipasaran antar pedagang poengumpul mencapai Rpo12.000 per kilogram.
"Selisih harga yang cukup mencolok itu karena adanya pemotongan pada ongkos angkutan (transportasi) dari lokasi sentra petani ke pasaran atarpedagang pengumpul," ujarnya.
Ia mengatakan, capaian harga hasil perkebunan dan hortikultura di masing-masing kabupaten kota di Sultra, memang ada perbedaan yang signifikan.
Pada harga jahe dan jenis rempah lainnya di Konawe Selatan dan Muna, sangat jauh beda harganya antara Rp2.000-Rp3.000 per kilogram. Artinya bila harga jahe di Kendari 10.000 per kilogram di Muna bisa mencapai Rp12.000 hingga Rp13.000 per kilogram sebab di daerah Muna bukan sentra produksi kunyit dan jahe.
"Biasanya terjadi selisih harga yang jauh berbeda, jika daerah itu permintaan konsumen besar sementara produknya terbatas. Begitu pula sebaliknya jika daerah itu penghasil produk namun permintaan kurang maka harga tentu sedikit lebih murah lagi," ujar Adnan.
Produk komoditas biofarmaka yakni kencur, jahe, kunyit maupun lainnya, sejauh ini pasarnya masih berkisar Rp10.000 per kilogram untuk penjualan di tingkat petani, sedangkan pada tingkat pedagang pengumpul maupun antar daerah telah mencapai Rp20.000 per kilogram hingga ada yang mencapai Rp25.000 per kilogram.
"Perbedaan harga seperti itu sudah menjadi hal biasa dan selama ini tidak menimbulkan gejolak pasar, karena kebutuhan pasar lokal maupun antarpulau masih tersedia cukup sehingga konsumen tidak panik untuk membeli dalam jumlah banyak," tuturnya.