Kendari (Antara News) - Penyaluran pupuk majemuk granular untuk para petani yang mengikuti program Gerakan Nasional (Gernas) kakao di Sulawesi Tenggara (Sultra) disinyalir tidak sesuai dengan kondisi kebutuhan hara untuk lahan perkebunan rakyat itu.
Sumandar (42), Ketua Lembaga Ekonomi Masyarakat Sejahtera (LEMS) Desa Andomesinggo, Kecamatan Beselutu, Kabupaten Konawe, Sabtu mengatakan penyaluran pupuk majemuk granular untuk proyek Gernas kakao di wilayahnya tidak sesuai dengan petunjuk rekomendasi dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Jember.
"Kandungan pupuk majemuk dari bantuan Gernas Kakao itu kurang sesuai kebutuhan hara pada lahan perkebunan kakao petani di sini, terutama kadar phospate, kalium, magneisum dan kalsium, tidak sesuai dengan komposisi hara yang dianjurkan oleh Puslitkoka," ujarnya.
Menurut rekomendasi Puslitkoka, kata dia, komposisi kebutuhan pupuk per tanaman kakao di lokasi perkebunan rakyat masing-masing unsur nitrogen (N) 19 persen, phsophat (P) 0 persen, magnesium 7 persen, dan kalsium 12 persen.
Sementara pupuk majemuk granular dari bantuan proyek Gernas Kakao yang diproduksi oleh PT Bunga Tani Jawa Timur mengandung kadar nitrogen 19 persen, phospate 8 persen, kalium 10 persen, magnesium 3 persen dan kalsium 2 persen.
Sumandar mengatakan organisasi LEMS Desa Andomesingo yang mewadahi tujuh kelompok tani di desa tersebut yakni Kelompok Tani Andomesinggo, Prokota, Andalamahal, Mekar Jaya dan Sumber Rejeki, telah menerima bantuan pupuk majemuk granular melalui proyek Gernas Kakao tahun 2015 sebanyak 109,92 ton untuk kegiatan intensifikasi dan 12,92 ton untuk rehabilitasi tanaman kakao.
Ia mengatakan, setiap kepala keluarga tani mendapatkan bantuan pupuk majemuk granular itu sebanyak dua hektar atau seluas sekitar 300 hektare untuk sebanyak 150 kepala keluarga (KK).
Desa Andomesinggo adalah satu dari delapan desa sentra produksi kakao rakyat di Kabupaten Konawe yang menjadi sasaran program Gernas Kakao di Sultra. Wilayah yang memiliki luas lahan perkebunan kakao sekitar 438 hektare merupakan sebagian besar masyarakatnya yang berjumlah sekitar 155 kepala keluar adalah petani kakao.
"Jadi sebanyak 150 kepala keluarga saja yang mendapatkan bantuan pupuk tersebut karena lima kepala keluarga lainnya belum lama tinggal di sini, sehingga belum tercatat sebagai penerima bantuan Gernas kakao," ujarnya.
Sumandar menjelaskan, bantuan pupuk majemuk yang telah disalurkan kepada petani kakao di wilayah itu sejak Desember 2015, namun sebagian petani telah menggunakan pupuk itu untuk kebutuhan tanaman mereka, dan sebagian lainnya belum melakukan pemupukan karena kondisi cuaca yang tidak menentu atau masih berlangsung cuaca panas saat ini.
"Biasanya pemupukan tanaman kakao ini dilakukan pada bulan Desember sampai Januari, tapi karena penyalurannya agak terlambat dan juga kondisi cuaca yang tidak menentu, sehingga sebagian petani belum bisa melakukan pemupukan tanaman kakao mereka," ujarnya, seraya menjelaskan, keterlambatan penyaluran pupuk tersebut karena terkait dengan pelaksanaan pilkada serentak pada 9 Desember 2015.
Ia menambahkan, meskipun komposisi kandungan pupuk majemuk itu tidak sesuai kompsisi yang dianjurkan oleh Puslitkoka, para petani tetap melakukan pemupukan tanpa mengikuti anjuran pengunaan komposisi hara dari lembaga penelitian itu.
"Sebagian petani yang melakukan pemupukan itu tidak mengikuti anjuran Puslitkoka, tapi ada juga petani tetap menerapkan teknologi pemupukan yang sesuai komposisi yang tepat, dengan menambahkan pupuk tunggal yang dibeli petani kepada pengecer pupuk," ujarnya.