Kendari (Antara News) - Penyimpangan ajaran agama yang masih ditemukan di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dapat memicu tindakan radikal sehingga harus diantisipasi secara serius.
Kepala Analisis dan Evaluasi Badan Intelijen Negara Sultra Catur Irinato di Kendari, Senin, mengatakan ajaran yang menyimpang dari agama ditemukan di Kabupaten Konawe Selatan, Konawe, Konawe Utara, Muna dan Kota Kendari.
"Kami terus memantau perkembangan dan aktivitas para penggiat paham yang menyimpang dari ajaran agama. Senantiasa diimbau agar tidak meningkatkan aktivitas," kata Catur.
Beberapa ajaran yang terindikasi bertentangan dengan ideologi negara yang membutuhakn perhatian serius adalah Ahmadiyah, Syiah dan Gafatar.
Menyikapi fenomena yang berpotensi menimbulkan tindakan radikal tersebut maka TNI, BIN, Polri, kejaksaan, Kesbangpol dan instansi terkait melakukan pendalaman secara periodik.
Sementara itu Kepala Penerangan Korem 143 Haluoleo Mayor Azwar Dinata mengatakan Pilkada serentak tujuh daerah di Sultra pada 9 Desember 2015 membutuhkan perhatian semua pihak agar berjalan lancar, tertib dan demokratis.
"Jajaran TNI berkomitmen mengawal pesta demokrasi untuk rakyat. TNI siap setiap saat memperkuat Polri dan pemerintah," kata Azwar.
Kementerian Agama Provinsi Sultra menggelar dialog 1.000 tokoh lintas agama yang diikuti kalangan akademisi, organisasi kepemudaan, organisasi kemahasiswaan, organisasi keagamaan para wartawan maupun perwakilan organisasi kewartawanan.