Kendari (Antara News) - Tarian kolosal yang dibawakan 700 penari ikut memeriahkan pembukaan Festival Keraton dan Masyarakat Adat ASEAN III dan Festival Seni Qasidah Nasional XX di Alun-alun Kendari, Kamis (12/11) malam.
Penampilan siswa-siswi se-Kota Kendari itu memukau para raja peserta festival dan ribuan warga Kendari yang menghadiri acara itu.
Tidak sedikit dari raja dan penonton bahkan pejabat ikut mengabadikan dengan cara merekam tarian itu menggunakan telepon genggam.
"Tariannya bagus dan menggambarkan keragaman yang menghargai perbedaan," kata salah seorang warga, Muliati (33).
Tarian kolosal yang ditampilkan tersebut menggunakan konsep tarian homoara atau tarian perang di kalangan masyarakat Tolaki yang mendiami wilayah Sultra.
Tarian tersebut juga menggambarkan tentang persatuan dan kebersamaan sebagai wujud pluralisme dari Negara Indonesia yang menjunjung tinggi perbedaan.
Gubernur Sultra Nur Alam saat memberikan sambutan dalam kegiatan itu mengaku berbahagia karena Sultra dipercaya sebagai tuan rumah penyelenggaraan tiga ajang nasional yang dilaksanakan sekaligus.
"Ketiga ajang tersebut adalah Festival Seni Qasidah Nasional skala besar, Festival Keraton dan Masyarakat ASEAN serta kegiatan Perkemahan Antar Satuan Karya (Peran Saka) Nasional," katanya.
Menurut dia, kegiatan nasional itu merupakan momentum yang sangat penting dan berharga di mana dapat saling kenal mengenal terutama budaya masing-masing daerah.
"Kegiatan ini memiliki makna penting karena masing-masing daerah bisa mempertontonkan di hadapan raja-raja nusantara dan mancanegara terkait budaya daerah masing-masing," katanya.