Oleh Agus
Kendari (Antara News) - Festival Budaya "Potapaki" yang digelar masyarakat Kulati Pulau Tomia, Kabupaten Wakatobi mulai Rabu malam.
Kepala Desa Kulati, La Ode Burhanuddin melalui telepon dari Desa Kulati, Kamis mengatakan, festival budaya yang akan berlangsung sepekan hingga 19 Juli 2015 itu diawali dengan ritual "Potapaki".
"Potapaki dalam bahasa kami di Kulati artinya berembuk atau bermusyawarah," katanya.
Dalam ritual "Potapaki" yang mengawali kegiatan festival budaya masyarakat Kulati kata dia, kaum muda meminta pandangan dari para tokoh adat tentang hal-hal yang akan dibangun dan dilaksanakan selama festival berlangsung.
"Untuk pembangunan fisik, disepakati akan merehabilitasi atap dan memugar situs rahman (simbol laki-laki dan rahim (simbol perempuan) di Hu untete," katanya.
Disebut kampung Hu untete atau kakek pertama kata dia karena kampung tersebut merupakan manusia pertama bernama Sipanyong yang tinggal di Pulau Tomia.
Ia mengatakan, selama sebulan pelaksanaan festival budaya tertajuk "Kearifan Budaya Maritim Lokal untuk Membangun Negeri` itu, akan digelar berbagai lomba antara lain lomba menghafal ayat-ayat pendek Al-Quran bagi anak-anak dan remaja, lomba azan, takbiran, dan lomba dakwah bagi kalangan remaja.
Selain itu, juga akan ada baca bar sanji bagi majelis taklim, lomba tari-tari tradisional, lagu-lagu tradisional, kasidah modern dan sebagainya.
"Pokoknya, selama sebulan lebih pelaksanaan festival akan diisi dengan berbagai kegiatan kerohanian dan perawatan beberapa situs budaya di desa Kulati," katanya.
Sedangkan pada puncak festival, kata dia, akan digelar budaya `Pajuju`, yakni arak-arakan kue Karasi (kue tradisional Wakatobi) yang dibentuk menyerupai kubah bertingkat dan diisi makanan lokal termasuk hasil laut seperti ikan, lobster dan kerang.
"Kita menggelar festival ini selain sebagai upaya melestarikan nilai-nilai bidaya masyarakat Kulati, juga sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam mendukung pengembangan pariwisata Kabupaten Wakatobi," katanya.