Kendari (Antara News) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wakatobi terus mengembangkan kearifan budaya lokal sebagai upaya menjaga kerukunan hidup antarwarga di wilayah kabupaten itu.
"Leluhur kami masyarakat Wakatobi sangat piawai menjaga kerukunan hidup antarwarga. Mereka menganut falsafah hidup `gau satoto, tara, turu, toro dan taha`," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Wakatobi, Sudjiton di Kendari, Minggu.
`Gau satoto` dalam bahasa masyarakat Wakatobi kata dia, berarti harus jujur, tidak neko-neko dan berkata apa adanya.
Sedangkan `tara` lanjutnya, mengandung makna masyarakat Wakatobi harus tahan tegas dan arif dalam mengambil sikap.
"Sementara `turu` berarti harus taat dengan kata orangtua atau patuh pada aturan dan tata nilai yang berlaku di tengah masyarakat," katanya.
Sedangkan `toro` lanjutnya berarti harus teguh dalam pendirian dan tidak ragu-ragu dalam mengambil sikap dan `taha` artinya masyarakat Wakatobi harus tahan menghadapi segala tantagan hidup dan harus mampu mengendalikan diri dari berbagai godaan atau pengaruh apa pun.
"Kalau nilai-nilai dari karifan budaya lokal itu dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka dapat dipastikan kerukunan hidup antarwarga di Wakatobi akan tetap terjaga sepanjang masa," katanya.
Makanya ujar dia, sejak setahun terakhir Pemerintah Kabupaten Wakatobi berupaya menggali nilai-nilai dari kearifan lokal itu lalu diadopsi ke dalam tananan birokrasi pemerintahan.
"Artinya, nilai-nilai kearifan lokal seperti kejujuran dan ketegasan dalam bersikap yang dapat memperkuat penyelenggaraan pemerintahan, kita adopsi dan diwajibkan kepada aparat birokrasi untuk selalu jujur dan tegas dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan," katanya.