Tokyo (Antara-AFP) - Menteri Perindustrian Jepang Yuko Obuchi mengundurkan diri setelah pengakuannya terkait penyalahgunaan anggaran politik, termasuk membeli suara dalam menghadapi tekanan mengenai pergeseran reformasi gender dari Perdana Menteri Shinzo Abe.
Selain pengeluaran anggaran, Yuko Obuchi juga menjawab pertanyan mengenai sejumlah bisnis perlemen yang macet pada konferensi pers yang disiarkan langsung oleh beberapa saluran televisi Jepang.
"Sebagai Menteri Perkenomian, saya tak dapat membiarkan perdagangan dan industri memiliki kebijakan ekonomi dan energi yang tertunda dikarenakan masalah yang saya miliki," kata ia.
"Saya akan mengundurkan diri dan fokus untuk menyelesaikan permasalahan yang dipertanyakan selama ini," ujar Obuchi setelah bertemu dengan PM Abe.
"Sebagai anggota kabinet Abe, saya meminta maaf karena tidak berkontribusi dalam pemulihan ekonomi," kata Obuchi.
Yuko Obichi merupakan menteri pertama yang mengundurkan diri sejak Abe berkuasa pada Desember 2012, dan kepergiannya akan menjadi pukulan terkait rencananya mendorong banyak perempuan di Jepang.
Obuchi adalah putri mantan Perdana Menteri Keizo Obuchi dan sebelumnya hendak ditunjuk untuk menjadi perdana menteri perempuan pertama di Jepang.
Penunjukan Yuko Obuchi menjadi berita utama ketika Abe menyusun kembal kabinetnya pada September 2014, dengan memberikan sebuah tugas terkait sektor energi kepada seorang politisi yang pengalaman kabinetnya masih minim namun memiliki portofolio yang baik.
Obuchi termasuk wanita yeng paling menonjol di antara lima perempuan yang masuk dalam kabinet pilihan Abe.
Tapi, sekarang Obuchi dituduh telah menyalahgunakan uang negara sekitar 10 Juta Yen, atau 95.000 dolar AS selama lima tahun dirinya menjabat dari 2012.
Penyalahgunaan dana tersebut terkait berbagai hal yang tak berhubungan dengan urusan politik, dimana kosmetik dan aksesoris sebuah pusat perbelanjaan termasuk ke dalamnya.
Kelompok politik yang mengusung Obuchi juga mengundang para pemilih di daerah pemilihannya, di Jepang Tengah untuk menyaksikan penampilan teater dengan dana yang lebih murah, dimana anggota perlemen Jepangmenganggap kegiatan tersebut merupakan usaha pembelian suara.