Ternate (Antara News) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku Utara (Malut) berupaya mengatifkan kembali penerbangan perintis dari Bandara Babullah Ternate ke Bandara Emalamo, Kabupaten Kepulauan Sula yang sejak dua tahun terakhir terhenti akibat pemblokiran di Bandara Emalamo.
"Penerbangan dari Bandara Babullah Ternate ke Bandara Emalamo atau sebaliknya sangat dibutuhkan masyarakat, oleh karena itu Pemprov Malut akan berupaya mengatifkan kembali penerbangan perintis pada rute itu," kata Kadis Perhubungan Telekomunikasi dan Informatika Malut Taufik Madjid, Jumat.
Bandara Emalamo diblokir warga dengan cara memasang batu dan batang kayu di landasan bandara, karena warga menuntut ganti rugi atas lahan mereka di lokasi bandara itu, yang selama ini belum dibayar oleh Pemkab Kepulauan Sula.
Ia mengatakan, Gubernur Malut Abdul Gani Kasuba telah menyiapkan sejumlah langkah untuk mengaktifkan kembali penerbangan perintis dari Bandara Babullah Ternate ke Bandara Emalamo tersebut, di antaranya akan segera menemui Menteri Perhubungan untuk membicarakan masalah pemblokiran Bandara Emalamo.
Gubernur yang dilantik menjadi pemimpin Malut lima tahun kedepan pada 5 Mei 2014 itu juga telah menyatakan kesiapan untuk mengalokasikan anggaran melalui APBD Pemprov Malut untuk pembayaran ganti rugi lahan warga yang terkena lokasi Bandara Emalamo tersebut, sehingga pemblokiran bisa dihentikan.
Upaya untuk menyelesaikan masalah Bandara Emalamo tersebut, menurut Taufik Madjid, sebenarnya telah dilakukan sejak 2013 silam, bahkan Pemprov Malut sempat membentuk tim untuk menyelesaikannya namun hingga kini belum ada titik temunya.
Adanya rencana Gubernur Malut untuk menemui Menteri Perhubungan guna membicarakan masalah Bandara Emalamo tersebut, termasuk pengalokasian anggaran melalui APBD untuk ganti rugi lahan warga yang terkena lokasi bandara diharapkan masalahnya menjadi tuntas.
Sementara itu kalangan pengusaha di Ternate menyambut positif upaya Pemprov Malut untuk mengaktifkan kembali penerbangan perintis dari Bandara Babullah Ternate ke Bandara Emalamo tersebut, karena sangat dibutuhkan untuk melancarkan transportasi antarkedua daerah.
Sejak pemblokiran Bandara Emalamo dua tahun silam tiga penerbangan perintis yang melayani rute itu menghentikan operasionalnya, akibatnya masyarakat Ternate yang ingin ke Kepulauan Sula atau sebaliknya terpaksa hanya mengandalkan transportasi laut dengan lama pelayaran lebih dari 24 jam.