Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan Thailand kini tengah menikmati hubungan bilateral harmonis dan saling menguntungkan di berbagai sektor yang meliputi bidang diplomasi, ekonomi, sosial, budaya dan media massa.
Menurut berbagai literatur, hubungan antara Indonesia dan Thailand sudah dimulai sejak abad ke-8, terutama saat kejayaan kerajaan Sriwijaya yang pusat pemerintahannya berada di Sumatra Selatan.
Salah satu bukti hubungan tersebut adalah ditemukannya candi-candi Buddha Sriwijaya di Chaiya , yaitu sebuah kota di Provinsi Surat Thani sebelah selatan Thailand.
Lebih khusus lagi, kedua negara sudah melakukan hubungan dengan kunjungan Raja Thailand Chulalongkorn (Rama V) ke Indonesia, khususnya Pulau Jawa, sejak jaman penjajahan Belanda.
Karena ketertarikannya dengan Indonesia serta keramahtamahan masyarakatnya, Raja Chulalongkorn, mengunjungi Pulau Jawa hingga tiga kali yaitu pada 1871, 1896 dan 1901 dan kedua negara mampu menjaga hubungan baik di segala bidang hingga kini.
Dari kunjungan tersebut, Raja Chulalongkorn banyak mempelajari berbagai hal termasuk bidang sosial budaya di Pulau Jawa yang pada waktu itu masih dipengaruhi oleh budaya Eropa, terutama Belanda.
Hal tersebut sesuai dengan harapan Sang Raja bahwa hasil kunjunganya tersebut dapat mempengaruhi pembangunan di Thailand yang saat ini masih merawat bangunan tua beraksitektur Eropa seperti gedung parlemen di Bangkok.
Di jawa Sang raja berkunjung ke beberapa kota termasuk Batavia (saat ini Jakarta), Semarang , Bandung, Solo, Tangerang dan Surabaya.
Beberapa saat setibanya di Bangkok dari kunjungannya pada 1871, Raja memesan patung gajah yang terbuat dari perunggu dan diberikan kepada penguasa di Batavia waktu itu sebagai tanda mata dari Raja yang terkesan akan keramahtamahan masyarakat Batavia.
Patung gajah yang dikirim ke Batavia hingga kini terpasang di halaman depan Museum Nasional di Jalan Merdeka Barat No.12, Jakarta. Museum tersebut hingga kini dikenal sebagai Museum Gajah.
Dari ketiga periode kunjungannya tersebut, Raja Chulalongkorn memberi penghargaan kepada masyarakat Indonesia yang menunjukan sikap persahabatan dan keramahtamahan.
Dalam buku harian Sang Raja yang dikutip dalam buku "Journey to Java by a Siamese King", Raja mengatakan, "Mereka membuat saya bahagia di tempat yang jauh dari kampung halaman saya. Tempat-tempat yang (saya) kunjungi menyenangkan. ....keramahtamahan masyarakatnya mengagumkan ........".
Era kemerdekaan
Di era kemerdekaan, Indonesia memulai hubungan diplomatik secara resmi dengan Thailand pada 1950. Indonesia miliki kedutaan besar di ibukota Thailand, Bangkok, dan kedutaan besar Thailand di ibukota Indonesia, Jakarta.
Sejak saat itu, kedua negara terus megembangkan hubungan di berbagai bidang termasuk bidang politik dan ekonomi serta media massa.
Di bidang politik, Indonesia dan Thailand sebagai negara pendiri ASEAN saling membantu dan mendukung upaya penyelesaian konflik dengan negara tetangga di kawasan.
Saat perselisihan atas kuil Preah Vihear antara Thailand dan Kamboja pada akhir 2009, pemerintah Thailand meminta pemerintah Indonesia untuk membantu meneyelesaikan persoalan tersebut.
Di bidang Ekonomi, Penasihat bidang ekonomi pada Kementerian Luar Negeri Thailand, Somjai Taphaopong, mengatakan Indonesia adalah negara partner terbesar ke dua di Asia setelah Malaysia dan ke lima di dunia.
Thailand ekspor berbagai produk ke Indonesia antara lain komponen dan suku cadang kendaraan, gula, mesin dan bahan-bahan kimia sementara impor dari Indonesia meliputi barang-barang logam, batu bara, minyak mentah, permesinan dan bahan-bahan kimia.
Thailand dan Indonesia juga membina kerjasama dibidang industri produk halal, kata Somjai.
Thailand kini tengah mengembangkan produk-produk halal yang diuji melalui kajian ilmiah oleh the Halal Science Center, Universitas Chulalongkorn.
Direktur the Halal Science Center, Profesor Dr. Winai Dahlan, baru-baru ini mengimbau kaum Muslim agar berhati-hati untuk menggunakan produk-produk tertentu yang selama ini tak terpikirkan bahwa produk-produk tersebut terbuat dari bahan-bahan yang diharamkan oleh agama Islam seperti sepatu, tas, obat-obatan, makanan dan minuman.
Winai Dahlan yang cucu pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan itu mengatakan pihaknya telah mengundang beberapa orang Indonesia termasuk mahasiswa Universitas Muhammadiyah dan pegawai Badan Pengawas Obat dan Makanan ke the Halal Science Center untuk melakukan studi tentang produk-produk halal.
Indonesia dan Thailand juga bekerjasama di bidang pariwisita karena ke dua negara memiliki potensi pariwisata yang menarik di samping sebagai tujuan wisata utama di dunia yang menawarkan daerah-daerah wisata seperti wisata alam, konvensi, belanja, kuliner dan sejarah.
Direktur Divisi Hubungan Masyakarakat Internasional, Badan Pariwisata Thailand, Chattan Kunjara Na Ayudhya mengatakan kepada sejumlah wartawan Indonesia di Bangkok belum lama ini bahwa Indonesia dan Thailand telah melakukan kerjasama di bidang pariwisata.
"Kami saling mempromosikan potensi wisata masing-masing. Antara lain kami mempromosikan tempat wisata di Bali dan Phuket," kata Chattan Kunjara, seraya menambahkan bahwa promosi ini juga dilakukan melalui cerita dari mulut ke mulut oleh orang yang pernah berkunjung ke tempat-tempat wisata di Indonesia dan Thailand.
Thailand dan Indonesia Juga bekerjasama di bidang media massa dalam upaya mempromosikan dan meningkatkan hubungan bilateral kedua negara.
Kantor Berita Indonesia Perum LKBN ANTARA dan Kantor Berita Thailand (TNA) baru-baru ini di Bangkok menandatangani nota kesepahaman tentang kerjasama pertukaran berita dan kunjungan wartawan serta pejabat kedua kantor berita.
Duta Besar Indonesia untuk Thailand, Lutfi Rauf, mengatakan melalui kerja sama tersebut ANTARA dan TNA akan dan harus terus berperan dalam mendidik masyarakat dan meningkatan kesadaran mereka terhadap berbagai masalah dalam perspektif pembangunan kedua negara dan ASEAN maupun di luar kawasan Asia Tenggara.
Kerja sama antara TNA dan ANTARA saat ini sangat tepat karena kita masih menghadapi tantangan yang harus diwaspadai oleh masyarakat ASEAN terutama menjelang terbentuknya Masyarakat ASEAN (2015).
"Karenanya marilah kita bekerja bersama-sama menindaklanjuti kesepakatan ini dengan merumuskan program-program dan aksi yang pada akhirnya memberi keuntungan bersama bagi kedua negara dan bangsa. Kedutaan Besar Indonesia tentunya senang menjadi bagian dari upaya yang mulia ini," kata duta besar.