Wangi-Wangi (ANTARA News) - Film dokumenter "The Magig Kakaban" yang dibintangi Nicholas Saputra, ditonton sekitar 700-an pelajar SMA dan SMP saat diputar dalam Festival Film Lingkungan Internasional di Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Pantauan di lokasi pemutaran film tersebut di Gedung Wanita Kaputan Wakatobi di Wangi-iwangi, Sabtu malam, tampak ratusan pelajar menonton film `Dua Tiang Tujuh Layar` tersebut bersama produser film nasional, Mira Lesmana dan Rizi Reza.
Nicholas Saputra, bintang film tersebut ikut berbaur dengan para pelajar menonton film yang mengambil lokasi syuting di Pulau Kakaban, Kalimantan Timur tersebut.
Sutradara film tersebut, Riri Reza dan Nicholas Saputra seusai pemutaran film itu langsung berdialog dengan para penonton yang sebagian besar pelajar putri dari berbagai sekolah di Wakatobi.
Menjawab pertanyaan penonton, Rizi Reza menjelaskan, bahwa film itu tidak sekedar menggambarkan keunikan Pulau Kakaban sehingga bisa dikunjungi banyak orang atau turis mancanegara.
Akan tetapi di balik pengambilan gambar yang memperlihatkan ekosistem kehidupan laut terutama ubur-ubur yang sangat langka di dunia itu kata dia, bisa merangsang kepedulian orang untuk terus menjaga dan memelihara kelestarian ekosistem biota laut di pulau tersebut.
"Ubur-ubur di perairan laut Pulau Kakaban, tidak bisa hidup di perairan laut pada umumnya. Disitulah keunikkan ekosistem di pulau tersebut yang harus terus dipertahankan," katanya.
Keunikkan lain dari pulau tersebut kata dia, kondisi geografisnya yang terdiri dari batu-batuan, akan tetapi pohon-pohon besar seperti yang tumbuh di daratan Pulau Kalimantan tumbuh di atas batu-batu pulau tersebut.
"Itu sesuatu misteri dan keajaiban Pulau Kakaban yang sulit dijumpai di belahan mana pun dunia ini," katanya.
Keterangan serupa juga disampaikan Nocholas Saputra, pemeran utama dalam film dokumenter berdurasi sekitar 30 menit itu.
Menurutnya, mengekpos keindahan alam dan keajaiban Pulau Kakaban melalui media film, bukan untuk mendorong banyak orang mengunjungi pulau tersebut melainkan bagaimana orang yang mengunjungi pulau tersebut secara berkelanjutan karena alamnya yang tetap lestrasi sepanjang masa.
"Orang ata turis yang datang di Pulau Kakaban, jumlahnya harus dibatasi dan bergantian. Dengan begitu, ekosistem di perairan laut pulau tersebut tidak terganggu oleh pengunjung yang melakukan penyelaman," katanya.
Menurut Nicholas, pelajaran yang dapat diambil dalam film itu, adalah bagaimana seluruh masyarakat bumi menjaga ekosistem alam, sehingga tetap lestari sepanjang masa.
"Eksosistem alam, merupakan anugerah terindah dari sang pencipta, yang menjadi kewajiban semua masyarakat penghuni bumi untuk menjaganya," katanya. (Ant).