Dentum house musik menggelegar memecah kesunyian malam, meski waktu saat itu telah menunjukkan pukul 20.30 Waktu Indonesia Bagian Tengah (WITA).
Semakin malam suasana semakin semarak di sepanjang Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara, atau tepatnya biasa disebut kawula muda setempat dengan kawasan Pinggir Laut atau lebih populer Pirla.
Tenda-tenda dan payung aneka warna berjejer di sepanjang Pirla menjajakan beragam makanan mulai dari jagung bakar, pisang bakar khas Sulawesi atau pisang epe, aneka minuman hingga berbagai racikan seafood.
Pirla mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan saat matahari beranjak tenggelam. Sekitar pukul 17.00 waktu setempat pedagang mulai sibuk memasang payung dan tenda serta mengatur kursi-kursi plastik.
Seperti Arul, salah seorang pedagang di Pirla yang mulai sibuk memasang payung-payung besar berwarna merah sejak sore hari. tempat dagangannya didominasi warna merah mulai dari payung, kursi plastik hingga kain yang menjadi pembatas lapaknya dari jalanan.
Penerangan yang digunakan juga menunjukkan kreatifitas, memanfaatkan bola plastik yang diisi lampu berwarna sesuai lapak dagangannya sehingga semakin membuat syahdunya suasana.
Pirla menjadi tempat favorit anak muda Kendari menghabiskan waktu bercengkrama bersama sahabat maupun pasangan terutama di malam hari.
Suasana temaram dari lampu-lampu di tenda-tenda pedagang seakan tidak mampu menerangi kegelapan malam, namun semakin gelap makin banyak pengunjung yang datang.
Arul, mengatakan, jika lapak dagangan mereka terlalu terang malah tidak akan ada pengunjung yang datang.
"Kalau terang sekali, tidak ada yang mau datang," kata Arul dengan logat khas Sulawesi- nya.
Untuk menarik pengunjung, ia juga menyediakan layar lebar dengan sound system yang membahana sehingga pengunjung dapat berkaraoke ria dengan lagu-lagu hit saat ini.
Cahaya remang-remang dan angin yang berhembus dari Teluk Kendari menjadi penarik pengunjung, hal itu juga disebabkan tidak ada arena hiburan lain yang tersedia di Bumi Anoa.
Daya Tarik Pirla
Pirla merupakan singkatan Pinggir Laut yang dipopulerkan anak muda Kendari menjadi bahasa gaul untuk menunjukkan nama suatu tempat.
Pirla menjadi tempat nongkrong dan cuci mata remaja di kawasan Teluk Kota Kendari.
Pirla menghubungkan antara Kota Tua dan kota atas yang lebih baru dan kini menjadi pusat pemerintahan melalui jalan poros Haji Alala,
Pada siang hari, kapal-kapal nelayan tampak hilir mudik di Teluk Kendari meskipun tidak seramai pelabuhan di Kota Tua, tidak banyak terlihat aktivitas di sepanjang jalan Haji Alala.
Menurut salah seorang warga, Asrif Lamadira, Pirla tidak bisa terlepas dari Kendari beach atau pantai Kendari yang lebih dulu dikenal sebagai tempat nongkrong warga Kendari.
Setelah dibuat tanggul dan sebagian hutan bakau dibuka, warga yang punya bakat berdagang melihat lokasi tersebut sebagai tempat strategis untuk berjualan.
Mulailah bermunculan kafe-kafe tenda yang menyemarakkan suasana dan anak-anak muda yang semula hanya nongkrong di Kendari Beach seakan menemukan tempat yang lebih gaul tanpa harus merogoh kantong dalam-dalam.
Karena Kendari Beach identik pada lokasi sebelumnya, maka muncullah penamaan kawasan pinggir laut yang disebut Pirla untuk menunjukkan kesan lebih gaul.
Pirla menjadi salah satu kawasan yang paling populer di Kota Kendari. Memanfaatkan Teluk Kendari sebagai magnet yang menghidupkan malam-malam gelap disana.
Kendari adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara yang terbentuk diawali dengan terbukanya Teluk Kendari menjadi pelabuhan bagi pedagang khususnya pedagang Bajo dan Bugis.
Berdasarkan situs Pemerintahan Kota Kendari, Kota Kendari telah ada pada awal abad ke-19, dan secara resmi menjadi ibu kota Kerajaan Laiwoi pada tahun 1832.
Ditandai dengan pindahnya istana Kerajaan Laiwoi di sekitar Teluk Kendari, dengan demikian, Kota Kendari sebagai ibu kota sudah berusia sekitar 176 tahun.
Kota Kendari di masa Pemerintahan Kolonial Belanda merupakan ibu kota kewedanaan dan ibukota onder Afdeling Laiwoi yang luas wilayahnya pada masa itu kurang lebih 31,420 km2.
Sejalan dengan dinamika perkembangan sebagai pusat perdagangan dan pelabuhan laut antar pulau, maka Kendari terus tumbuh menjadi ibu kota Kabupaten dan masuk dalam wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kini, Kendari semakin menggeliat dan semarak dengan kehadiran Pirla yang terus mendentumkan suara musik dan celoteh remaja di malam yang makin larut. (Ant).

