Kendari (ANTARA) - PT Vale Indonesia Tbk, bagian dari grup MIND ID, kembali menunjukkan komitmen kuatnya terhadap prinsip keselamatan dan mitigasi bencana melalui pelaksanaan simulasi Rencana Tindak Darurat (RTD) Bendungan Seri Sungai Larona di Malili pada Rabu, 18 Juni 2025. Langkah proaktif ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan perusahaan dalam pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat, terutama di sekitar area operasionalnya.
Simulasi RTD yang berlangsung dari pukul 07.30 hingga 12.00 WITA ini melibatkan beberapa lokasi penting, seperti Lapangan Merdeka, Lapangan Verbeck, Desa Balantang, Desa Wewangriu, dan Desa Karebbe.
Kegiatan ini mendasari studi dan konsultasi penerapan RTD yang sesuai dengan regulasi nasional, meliputi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27/PRT/M/2015, dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
Selain itu, simulasi ini juga merujuk pada Dokumen Panduan RTD Bendungan Seri Sungai Larona yang telah disetujui bersama PT Vale, Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWS-PJ), dan Pemerintah Kabupaten Luwu Timur pada Juli 2017.
Head of Mine Sorowako Operation PT Vale, Iqbal Al Farobi, Kamis, mengatakan bahwa sebagai pemilik dan pengelola tiga bendungan, yakni Bendungan Batubesi (dibangun 1978), Balambano (dibangun 1999), dan Karebbe (dibangun 2011). Pihaknya berkewajiban untuk secara berkala memperbarui dokumen RTD dan melakukan simulasi.
Ketiga bendungan ini vital sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang memasok energi listrik sebesar 365 megawatt untuk menunjang operasi perusahaan.
“Simulasi RTD yang pertama kami lakukan pada akhir 2018, direncanakan berkala lima tahun sekali untuk mengetahui sekaligus mengevaluasi kesiapan kita dalam krisis dan kondisi darurat baik karena sebab alam atau ulah manusia,” kata Iqbal Al Farobi, mewakili Chief Operation and Infra PT Vale Abu Ashar.
Sementara itu, Bupati Luwu Timur Irwan Bachri Syam, turut memberikan penghargaan atas inisiatif proaktif dan kolaboratif PT Vale dalam upaya mitigasi bencana.
“Kita tidak pernah berharap adanya bencana, tetapi kalau terjadi banjir akibat kegagalan bendungan maka wilayah paling terdampak adalah Malili. Sekitar 12.000 warga berpotensi menjadi korban dan kerugian dikalkulasi bisa mencapai 300 miliar rupiah,” ujar Irwan.
Simulasi ini melibatkan berbagai elemen, termasuk personel PT Vale, perangkat Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, perwakilan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Luwu Timur, Koramil, Kepolisian, Dinas Perhubungan, Dinas Komunikasi dan Informatika, Dinas Kesehatan, Basarnas, Palang Merah Indonesia, Pemadam Kebakaran, perangkat kecamatan, desa, hingga dusun, Satpol PP, Potensi SAR, dan sejumlah relawan.
Tim penilai dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), BPBD Provinsi Sulawesi Selatan, dan BBWS-PJ juga hadir untuk memantau. Sekurangnya 315 warga dari delapan desa di sepanjang aliran Sungai Larona, yaitu Desa Wewangriu, Baruga, Balantang, Malili, Laskap, Puncak Indah, Pongkeru, dan Pasi-pasi juga aktif berpartisipasi.
Skenario Eskalasi Status dan Respons Tanggap Darurat
Skenario simulasi disusun sejak Mei 2025, dimulai dengan Table Top Exercise untuk melatih koordinasi penanganan situasi darurat. Kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi kepada masyarakat pada 10-14 Juni 2025, dan gladi bersih pra-simulasi pada Selasa, 17 Juni 2025.
Skenario simulasi merangkai alur komunikasi saat eskalasi status, evakuasi warga, penanganan darurat, dan pengakhiran kondisi darurat. Secara garis besar, simulasi dimulai ketika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan potensi curah hujan tinggi dan badai.
Hujan lebat yang terus-menerus di Luwu Timur menyebabkan kenaikan signifikan muka air Sungai Larona, prompting operator PLTA PT Vale mengaktifkan status Waspada.
Status ini dikomunikasikan oleh hydro operator kepada Head Energy and Logistics yang kemudian meneruskannya kepada Emergency Management Team (EMT) Coordinator. EMT selanjutnya bersurat kepada Bupati Luwu Timur, dengan tembusan kepada BPBD Luwu Timur, Kepolisian Resort Luwu Timur, Komandan Komando Militer 1403, dan pihak terkait sesuai bagan alir laporan RTD. Bupati pun menyebarkan informasi ini kepada unit-unit kerja terkait agar siap siaga.
Seiring waktu, muka air waduk menunjukkan kondisi yang semakin mengkhawatirkan: muka air waduk Karebbe mencapai elevasi 79,50m, muka air waduk Balambano mencapai elevasi 166,50m, dan muka air waduk Batubesi mencapai elevasi 319,70m. Dengan hujan intensitas tinggi yang masih berlanjut dan kerusakan struktur bendungan yang tingkat keberhasilan perbaikannya di bawah 50%, status dinaikkan menjadi Siaga.
Pihak External Relations PT Vale mengomunikasikan kondisi ini kepada Bupati Luwu Timur, yang selanjutnya menginstruksikan jajarannya untuk bersiap melakukan evakuasi kalangan rentan, termasuk anak-anak di bawah 12 tahun, ibu hamil, penyandang disabilitas, orang sakit, dan lanjut usia.
Ketika kondisi berkembang pesat, di mana perbaikan kerusakan struktur bendungan tidak berhasil dan bendungan terancam jebol, status Awas pun ditetapkan. Sirene menjadi penanda bagi warga di wilayah terdampak genangan banjir untuk dievakuasi seluruhnya. Bupati kembali memerintahkan jajarannya untuk melakukan evakuasi menyeluruh.
Beberapa insiden terjadi saat evakuasi, seperti kecelakaan lalu lintas di Balantang akibat kepanikan, seorang warga terpeleset masuk sungai dan terbawa arus, seorang ibu hamil dievakuasi di Wewangriu, serta sejumlah lansia membutuhkan bantuan di Desa Karebbe.
Tim kesehatan, personel pemadam kebakaran, Satpol PP, kepolisian, dan SAR bahu-membahu bersama personel Fire and Emergency Services PT Vale mengarahkan warga menuju pos utama di Lapangan Merdeka dan Lapangan Verbeck. Tim gabungan melakukan clearance untuk memastikan semua warga di area berisiko telah dievakuasi.
Seiring waktu, kondisi cuaca berangsur membaik. Muka air bendungan telah kembali ke level normal operasi. Status pun diturunkan menjadi Aman dan dikomunikasikan ke pihak-pihak terkait. Sirene penanda dibunyikan. Bupati Luwu Timur kemudian secara resmi mengumumkan berakhirnya kondisi darurat banjir.
Peluncuran Aplikasi Early Warning System (EWS)
Bersamaan dengan simulasi, PT Vale turut meluncurkan aplikasi Early Warning System (EWS), sebuah sistem peringatan dini banjir yang memberikan informasi cepat, tepat, dan akurat mengenai kondisi terkini setiap bendungan yang dimiliki dan dioperasikan perusahaan. Aplikasi ini melengkapi sistem peringatan banjir Flood Warning System (FWS) yang telah diimplementasikan sejak 2018, yang berupa peringatan suara sirene jika level ketinggian air sungai melebihi batas normal atau berpotensi banjir.
“Aplikasi EWS dirancang untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat serta stakeholder internal dalam menghadapi potensi kondisi darurat, juga menambah pengetahuan masyarakat dan meminimalkan risiko korban jiwa dan kerugian harta benda,” ujar Anom Prasetio, Manager Hydro Dams & Surveillance.
Aplikasi EWS PTVI menampilkan beberapa menu, termasuk informasi terkini mengenai Status Bendungan: Normal, Siaga, dan Awas. Kemudian menu Jalur Evakuasi yang menginformasikan estimasi jarak dan posisi pengguna aplikasi ke muster point (tempat berkumpul dalam keadaan darurat) serta pilihan rute penyelamatan.
Selanjutnya, terdapat menu Pelaporan Temuan di mana pengguna aplikasi dapat mengirimkan foto dan informasi temuan kondisi darurat di lapangan. Menu Informasi Panduan memuat infografis mengenai sistem peringatan dini banjir, peta zona bahaya, dan panduan penggunaan aplikasi. Aplikasi EWS PTVI dapat diunduh pada platform Android dan iOS.