Jakarta (ANTARA) - Pakar ilmu politik Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat mengatakan bahwa isu Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka bergabung dengan Partai Golkar merupakan isu lama, tetapi bila benar terjadi maka merupakan pilihan realistis.
“Kalau ingin maju karier politiknya setelah 2029, tentu dari sekarang harus mempersiapkan diri dengan partai politik, dengan kendaraan politik. Nah, kendaraan politik itu yang paling mungkin dan sebaiknya agak berpengaruh itu tentu saja dengan partai politik yang relatif besar,” kata Cecep saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Jumat.
Ia menjelaskan bahwa Golkar merupakan partai yang dapat menjadi pilihan bagi karier politik Gibran karena menjadi tiga besar partai politik peraih suara terbanyak pada Pemilu 2024, yakni berada di nomor urut dua atau di bawah PDI Perjuangan, tetapi di atas Partai Gerindra.
Selain itu, dia menjelaskan bahwa Golkar juga dapat memiliki keuntungan dengan bergabungnya Gibran sebagai kader partai.
“Gibran punya daya tarik politik yang kuat karena dia merepresentasikan figur muda. Figur muda anak Presiden Ketujuh RI Jokowi, yang sekarang jadi Wapres,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa Golkar dapat memanfaatkan sosok Gibran sebagai simbol regenerasi untuk menarik dukungan dari kalangan muda, dan memperkuat posisi sebagai salah satu aktor politik utama dalam pemerintahan maupun parlemen.
Walaupun demikian, dia mengatakan bahwa bergabungnya Gibran sebagai kader Golkar akan membuat hubungan partai tersebut dengan PDIP berubah.
“Karena kita tahu, Gibran, Bobby, dan Jokowi, itu kan mantan kader PDIP. Jadi, kalau melihat nanti Gibran bergabung ke Golkar, bisa jadi ada perubahan komunikasi antara PDIP dan Golkar,” katanya.
Pada kesempatan berbeda, Ketua Umum Relawan Pro-Jokowi (Projo) Budi Arie Setiadi meminta publik menunggu saat menanggapi isu Gibran bergabung dengan Golkar.
"Ya kita tunggu saja. Tunggu, tunggu besok (Sabtu, 18/1)," kata Budi Arie di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat.