Jakarta (ANTARA) - PT Industri Baterai Indonesia atau Industry Battery Corporation (IBC) melakukan penandatanganan interim agreement dan akta pendirian perusahaan patungan manufaktur sel baterai dengan CBL International Development Pte Ltd.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan IBC dapat menjadi pemain utama yang mampu mengundang investor dan mitra untuk masuk pada pasar atau industri baterai.
"Kita juga harus cepat, agile dan adaptif dalam mengeksekusi proyek ini. Kita harus mengamati perubahan teknologi yang muncul di bidang kendaraan listrik, sehingga kita dapat menjadi lebih kompetitif," ujar Kartika melalui keterangan di Jakarta, Jumat.
Kerja sama ini merupakan upaya strategis IBC dalam mendorong program hilirisasi nikel dan pengembangan industri baterai terintegrasi serta dalam rangka mengembangkan rantai pasok baterai kendaraan listrik mulai dari hulu hingga ke hilir.
Inisiatif ini bertujuan untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci baterai di pasar global. Dalam kerja sama ini, IBC terlibat dalam rantai nilai di segmen hilir, antara lain manufaktur baterai material, manufaktur sel baterai, dan daur ulang baterai.
Direktur Utama IBC Toto Nugroho mengatakan proyek manufaktur sel baterai saat ini telah memasuki tahap awal dan berlokasi di Karawang, Jawa Barat.
"Melalui upaya bersama, IBC dan CBL ingin mengembangkan proyek ini secara bertahap dengan tujuan untuk menginvestasikan sejumlah total 1,18 miliar dolar AS dan mencapai total kapasitas produksi 15 GWh per tahun, yang akan cukup untuk memenuhi permintaan domestik dan global," kata Toto.
Sementara itu, General Manager of International Business Manufacturing Operations of CATL Gordon An menyebut pabrik baterai merupakan komponen kunci dalam membangun rantai dan ekosistem industri kendaraan listrik dan baterai listrik di Indonesia.
"Kami bersedia untuk secara aktif memanfaatkan kelebihan kami dalam inovasi teknologi dan manufaktur, dan berharap dapat bekerjasama dengan mitra kami di Indonesia untuk mendukung pengembangan upaya elektrifikasi di Indonesia," ujar Gordon.
Dengan mempertimbangkan potensi cadangan nikel Indonesia, proyek ini diharapkan mampu memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasokan global baterai kendaraan listrik .
Selain itu, proyek ini diyakini mampu memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi Indonesia seperti menciptakan lapangan kerja, menarik investasi asing dan meningkatkan kapasitas industri energi terbarukan di Indonesia.