Kendari (ANTARA) - Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Baubau, Sulawesi Tenggara, mulai melakukan uji coba sejumlah ikan yang dikonsumsi masyarakat untuk mengetahui kandungan mikroplastik dalam tubuh biota laut tersebut.
Uji sampel ikan dilakukan untuk mengetahui ada dan tidaknya kandungan mikroplastik mengingat banyaknya sampah plastik yang bertebaran di pantai maupun perairan.
Kepala SKIPM Baubau Yuni Irawati Wijaya dalam pernyataan resminya, Jumat mengungkapkan, ikan yang menjadi sampel adalah yang sering dikonsumsi masyarakat misalnya jenis pelagis seperti layang dan tongkol hingga ikan kategori lainnya.
"BKIPM dengan 47 UPT-nya di mana ada 23 UPT yang konsen mengambil sampel ikan sesuai dengan wilayah kerjanya untuk diperiksa ke Laboratorium kandungan mikroplastiknya, kita ambil 10 jenis ikan yang sering dikonsumsi warga," ujarnya.
Meskipun pengujian bersifat mikroskopik dan keakuratan tes ini baru 20 persen karena bersifat screening, namun hasilnya akan dikirim ke pusat untuk disimpulkan di laboratorium pengujian.
"Kalau di kami hanya mengetahui ada tidaknya fragmen atau bentuk foam yang kami temukan kami hitung jumlahnya dan rekab untuk dikirim ke pusat , nanti pusat yang akan konfirmasi ke pengujian," tambahnya.
Lanjut Yuni, selain SKIPM Baubau, 22 UPT BKIPM lainnya di Indonesia juga tengah melakukan uji mikroplastik pada ikan serangkaian kegiatan bulan mutu karantina ikan.
Hasil uji laboratorium akan dilaporkan ke instansi berwenang dan termasuk dinas tehnis ditiap daerah yang menangani perikanan demi arah kebijakan pemerintah ke depan agar atensi terhadap pencemaran sampah plastik di lautan.
Yuni menegaskan, kandungan mikroplastik pada ikan dapat berdampak buruk bagi kesehatan karena mengandung zat adiktif bahkan bisa menyebabkan penyakit kanker.