Jakarta (ANTARA) - PT Aneka Tambang Tbk mencatatkan pertumbuhan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (earnings before interest, taxes, depreciation, and amortization /EBITDA) sebesar Rp3,74 triliun sepanjang semester pertama tahun ini atau meningkat 50 persen bila dibandingkan capaian EBITDA periode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,49 triliun.
Sekretaris Perusahaan Antam Syarif Faisal Alkadrie mengatakan kondisi perekonomian dan geopolitik global serta dinamika kondisi kebijakan penanganan pandemi COVID-19 di kawasan Asia Timur sepanjang periode triwulan kedua tahun ini menjadi tantangan bagi Antam.
"Kondisi itu turut menyebabkan fluktuasi yang signifikan terhadap harga komoditas logam dasar (nikel) dan biaya energi (bahan bakar minyak dan batubara) serta mempengaruhi tingkat penyerapan produk nikel di pasar domestik dan internasional," kata Syarif dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Antam fokus mengimplementasikan kebijakan strategis dalam pengelolaan biaya yang tepat dan efisien dengan tetap menjaga kestabilan tingkat produksi dan upaya perluasan basis pasar penjualan produk logam dasar maupun logam mulia sejalan dengan kondisi pemulihan perekonomian global serta outlook positif komoditas logam dasar dan logam pada tahun 2022.
Sepanjang periode pertama tahun ini, Antam mencatat nilai penjualan sebesar Rp18,77 triliun. Jumlah itu tumbuh 9 persen jika dibandingkan penjualan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp17,28 triliun.
Syarif menuturkan laba kotor Antam tercatat sebesar Rp4,03 triliun atau tumbuh 27 persen year over year (YoY) meski di tengah tantangan kenaikan biaya energi, bahan baku, jasa pengangkutan serta jasa pengapalan komoditas pertambangan.
Selain itu, emiten tambang dengan kode sama ANTM tersebut juga membukukan laba usaha sebesar Rp1,46 triliun dan total penghasilan lain-lain, bersih sebesar Rp748,62 miliar. Laba bersih periode berjalan Antam mencapai Rp1,53 triliun atau tumbuh 32 persen YoY dari laba periode berjalan pada periode paruh pertama tahun lalu sebesar Rp1,16 triliun.
Antam secara konsisten mampu menjaga soliditas struktur keuangan yang tercermin dari tingkat kas dan setara kas sebesar Rp3,23 triliun. Perseroan mampu menurunkan tingkat pinjaman berbunga. Pinjaman itu terdiri dari pinjaman bank jangka pendek dan pinjaman investasi sebesar total Rp2,76 triliun.
Pada akhir Juni 2022, tingkat pinjaman berbunga Antam mencapai Rp4,32 triliun atau turun 39 persen dari posisi pinjaman pada akhir periode yang sama lalu sebesar Rp7,08 triliun.
"Soliditas posisi keuangan ini juga diapresiasi oleh pihak independen yang tercermin dari kenaikan Corporate Credit Outlook S&P Global tahun 2022 dari B+/outlook Stabil menjadi B+/outlook Positif pada bulan Juli 2022," terang Syarif.
Pada Juni 2022, sejalan dengan pencapaian kinerja profitabilitas Antam dan implementasi hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahun Buku 2021, Antam melaksanakan pembagian dividen kepada para pemegang saham sebesar Rp930,87 miliar atau 50 persen dari laba bersih Tahun Buku 2021 yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Perseroan.
Sebagai bagian dari komitmen penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik, Antam memastikan pengelolaan dan pencatatan keuangan dilaksanakan secara prudent, akuntabel, dan transparan.
"Ini dilakukan dengan memperhatikan pemenuhan terhadap kaidah-kaidah standar akuntansi keuangan yang berlaku," pungkas Syarif.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: EBITDA Antam tumbuh 50 persen