Makassar (ANTARA) - Bahan rompi anti peluru karya inovatif mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Rudi, kini memasuki tahap pengembangan.
Dosen Pembimbing Penelitian Unhas Dr Muhammad Syahid dalam keterangannya di Makassar, Sulsel, Jumat, menjelaskan rompi anti peluru yang saat ini banyak digunakan memiliki lapisan dengan beban yang cukup berat, sehingga para prajurit susah untuk bergerak dalam aksi militer.
Sementara rompi anti-peluru yang diciptakan mahasiswa Fakultas Teknik Unhas dilakukan untuk mendapatkan material ringan yang kuat sehingga nyaman dan mudah bergerak ketika digunakan.
“Kami melihat material dari serat carbon fiber itu lebih ringan jika dibandingkan dengan bahan lain. Bagaimana carbon ini bisa digunakan pada tipe soft body armour untuk kelas pistol, sehingga diharapkan karya inovatif ini bisa mereduksi berat dalam penggunaan rompi anti-peluru,” jelasnya.
Saat ini, bahan yang digunakan masih dalam bentuk panel berukuran 20x30 yang kemudian dalam rencana penelitian lanjutannya akan dikembangkan menjadi rompi anti peluru soft body amour dengan target berat 3 kg pada Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT) di skala 9.
Yakni pada skala yang menunjukkan bahwa sistem benar-benar teruji dan terbukti melalui keberhasilan pengoperasiannya.
Dalam pengerjaannya panel anti-peluru ini sangat sederhana yang telah berhasil dilakukan dengan metode manufaktur sistem "vacuum bag".
"Sehingga kami menargetkan bisa mereduksi beban hingga 50 persen dan siap untuk dilakukan hilirisasi produk yang siap pakai dalam membantu kebutuhan militer dan kami pastikan akan sesuai dengan standar prosedur yang ditetapkan,” kata Muhammad Syahid.
Para tim peneliti yang terdiri Muhammad Syahid, Rudi dan Azwar Hayar telah membangun komunikasi dengan Panglima Divisi III Kostrad sebagai mitra penelitian dan sebagai calon pengguna untuk hilirisasi produk.
Sementara itu, Rudi selaku inovator menjelaskan rompi anti peluru yang digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan mematikan, saat ini lebih banyak menggunakan material yang dikembangkan dengan bahan logam, serat kevlar dan serat aramid.
Rompi anti-peluru dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu soft body armour (Kaliber 9 mm) dan hard body armour (di atas kaliber 9 mm).
Pada penelitian awal, Rudi mengembangkan dua material dengan menguji simulasi metode elemen atau uji simulasi numerik yang dilakukan dengan menggunakan peluru kaliber 9 mm pada kecepatan 343 meter/detik.
Juga dilakukan uji balistik di Markas Divisi III Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) dengan menggunakan pistol tipe G2 buatan Pindad.
Sebelumnya, telah dilakukan penelitian awal dengan mengembangkan material Carbon Fiber Reinforced Polimer (CFRP) untuk panel bahan rompi anti peluru soft body armour.
Pada tahap awal ini, uji coba yang dilakukan oleh Divisi III Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) menunjukkan hasil yang memuaskan.